Holaaaaa...
masih ada pembacanya ga? heuheu...
kuy vote atau koment dong biar author tau kalian masih stay dicerita ini🌞🌞🌞
sebelumnya mian karna kelamaan up karna qerja lembur bagai qhuda yang buat ide nya ilang2an heuheuhehe...
••••••
Sudah hampir dua minggu Bastian dan Lisa tinggal dirumah orang tua Lisa. Dan sudah hampir dua minggu juga Bastian merasa tak bisa berdekatan dengan istrinya itu mengingat akhir-akhir ia selalu lembur dan ketika pulang istrinya sudah terlelap. Ketika bangun pagi istrinya sudah lebih dulu bangun untuk membantu ibunya memasak membuat interaksi diantara mereka jadi berkurang terlebih lagi mertuanya itu melarang Lisa untuk ikut dirinya pergi bekerja.
Ya, meski mertua nya itu tak memarahinya karena telah merahasiakan tentang Lisa yang baru saja masuk rumah sakit. Tetapi tetap saja, Bastian tetap merasa canggung berada disana.
"Dek?" Panggil Bastian yang baru saja selesai mandi. Lisa sudah terlelap. Ia mencoba memanggilnya dengan menepuk pelan tangan wanita itu.
Tak ada jawaban.
Ia memilih ikut berbaring dan memeluk Lisa dari belakang yang terlelap dalam posisi miring ke kiri.
Tangannya mulai turun mengusap perut Lisa yang sudah membuncit. Ia tersenyum samar menantikan hari dimana ia akan menjadi seorang, ayah.
Kring!
Ponselnya yang ia charger tiba-tiba saja berbunyi membuat ia langsung terkejut dan melepas pelukannya lalu melirik ponselnya yang berbunyi cukup jauh dari kasur.
Dengan malas ia bangkit dan meraih ponselnya itu.
Tertampil sebuah nomor yang tak ia kenali disana.
Ia langsung menggeser ikon hijau pada ponselnya itu lalu menempelkan benda pipih itu ditelinganya.
"B-bas... tolongin gue... g-gue dirampok..." Terdengar suara wanita yang ia kenali diseberang sana terdengar putus asa.
"Hera?"
"Please, tolongin gue. Gue baru sampai di Indonesia. Gue bingung mau hubungin siapa lagi..."
Ia melirik Lisa yang masih terlelap. Ada rasa ragu dalam dirinya.
"Bas..."
"I-iya, lo sekarang dimana?" Tanyanya ikut cemas karena mendengar suara wanita itu terengah-engah.
"G-gue nggak tau ini dimana, yang pasti gue diturunin setelah dirampok sama supir taxi," jelasnya. "jaraknya cukup jauh dari bandara dan--- banyak pepohonan disini..."
Otak Bastian mulai berputar memikirkan dimana tempat itu lalu dengan cepat ia menjawab kembali telfon itu. "Oke, gue bakal kesana. Jangan kemana-mana!"
Ia langsung mematikan panggilan telefon sepihak dan mendekati Lisa. Ia mencoba membangunkan wanita itu kembali namun tetap saja, wanita itu tertidur sangat lelap membuat ia memilih meraih kunci mobilnya dan berlalu dari sana.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Theo yang tengah tertidur di sofa yang ada dirumah Rayhan langsung terbangun saat mendengar suara Axel menangis.
Ia mencoba mengerjabkan matanya dan mencari asal suara.
"Eh, papa Theo sudah bangun. Cup-cup-cup, jangan nangis lagi..." Ucap Jihan menenangkan Axel dan memutar tubuh Axel agar melihat sosok Theo.
Theo tersenyum tipis lalu meraih tubuh Axel.
"Cup-cup-cup..." Ucapnya pelan sambil menepuk bokong Axel dengan pelan.
Dan tak berapa lama kemudian tangis Axel berhenti diikuti suara tawa karena Theo menciumi pipi anaknya itu dengan gemas.
"Axel sudah makan, Han?" Jihan mengangguk lalu melirik ke arah pintu saat sosok Rayhan ikut bergabung ditaman belakang dengan masih menggunakan pakaian tidur.
"Lo nggak usah terlalu sibuk kerja gitu. Anak lo juga butuh waktu berdua sama lo," ucap Rayhan kemudian membuat Theo bungkam.
"Kamu sudah rapi, gitu. Ada kuliah pagi?" Tanyanya pada Jihan.
Jihan menggeleng, "Febi ngajakin jalan-jalan pagi bawa Axel tapi dia belum datang juga."
Mendengar nama Febi, Theo langsung terbatuk pelan. Entahlah, ia merasa tak nyaman setiap kali mengetahui bahwa Febi mencoba mendekatkan dirinya pada Axel.
Karena ia mendekati wanita itu hanya untuk pelampiasan rasa kesepiannya semata, bukan untuk menggantikan posisi Rosita yang baru saja meninggalkan nya.
"Bastian sudah pergi, ya, mah?" Tanya Lisa saat menyusul ibunya itu di dapur.
Saat ia terbangun ia sudah tak melihat sosok Bastian disampingnya. Biasanya ia lebih dulu bangun dibandingkan suaminya itu.
"Bukannya ini hari sabtu? Masa suamimu kerja." Balas ibunya itu dengan tawa kecil. "Mungkin dia lagi lari-lari kecil keliling komplek." Sambung nya membuat Lisa mengangguk paham.
Ia langsung berjalan keluar untuk memastikan itu. Ia hanya melihat ayahnya sedang membersihkan halaman. Tak ada mobil suaminya terparkir disana.
"Dia kemana, sih?!" Gerutunya dengan pelan lalu berlari ke kamar mencari ponselnya untuk menghubungi Bastian.
"Tumben ngilang begini..." Ucapnya bermonolog sembari melihat layar ponselnya dan langsung menghubungi Bastian.
Namun apa yang ia dapatkan hanya sebuah pemberitahuan bahwa nomor pria itu tak aktif. Ia mencoba membuka aplikasi WhatsApp miliknya untuk melihat last seen milik Bastian.
Namun itu menunjukkan bahwa pria itu membuka aplikasi itu terakhir adalah tadi malam.
"Kemana dia sebenarnya?!"
Tak berhenti disitu, ia langsung menghubungi Rayhan untuk bertanya tentang Bastian. Namun apa yang ia dapat, Rayhan juga tak mengetahui dimana pria itu berada.
Ia ingin menghubungi Theo namun ia juga baru tahu bahwa Theo menginap dirumah Rayhan.
Hhhh...
Sebenarnya kemana pria itu?
TBC