Sider?
HR Chingu❤
••••
Theo tidak bisa berhenti tertawa. Pasalnya dua remaja yang baru saja datang bersama Febi langsung meminta pulang.
Sedangkan air wajah Sebastian menjadi datar.
Geez! Apa-apaan pikirnya?
Barusan ada yang menolaknya? Padahal fisiknya saja masih terlihat muda tetapi kenapa perempuan itu langsung meminta pulang?
Sedangkan Ray juga sebisa mungkin menahan tawanya. Baru kali ini ada yang meminta pulang saat berhadapan dengan Sebastian.
Padahal malam ini pria itu sudah bergaya layaknya anak muda tetapi remaja yang bernama Putri malah takut melihatnya.
"Feb!" panggil Ray saat melihat air wajah Febi yang berubah menjadi serba salah mendengar rengek kan temannya itu.
Untung saja Ray mengajak mereka ke ruangan VIP, jika tidak mungkin mereka semua akan merasa malu.
Febi memberi isyarat pada kedua temannya itu untuk tetap duduk dan membiarkan Febi agar menghampiri Ray yang sedang bersandar pada dinding sembari bersekap dada.
"Lepas dulu njir!" kesal Febi dengan suara tertahan karena kedua temannya itu terus menarik bajunya agar tidak meninggalkan mereka.
"Masih satu ruangan ini njir! Nggak pergi jauh gue!" Ucap Febi lagi dengan pelan.
Mereka menghela nafas pelan dan membiarkan Febi berdiri.
"Putri?" panggil Babas membuat Lisa semakin menundukkan kepalanya.
Theo kembali tertawa.
Sungguh, itu adalah pemandangan yang benar-benar menakjubkan baginya.
Sebastian ditolak dengan seorang remaja.
Padahal banyak sekali wanita-wanita yang bentuk badannya bak gitar spanyol mengejar pria itu dan remaja-remaja yang pernah pria itu tiduri sebelumnya bahkan masih sering menggodanya.
Sebastian menghela nafas pelan lalu melirik Jihan.
"Dek, bisa pindah bentar nggak?" ucap Babas dengan nada memohon membuat Theo kembali tertawa dan memegang perutnya.
Sebastian memijat keningnya pelan.
Sudah terlanjur malu jadi sebisa mungkin ia harus meluluhkan hati Lisa.
Jihan menggeleng dan membentuk tanda silang dengan kedua tangannya.
"Nggak boleh, Om." Balasnya tegas.
Babas mendecak. "Saya masih muda, dek." Balasnya tak terima dengan formal.
Jihan memilih mengabaikan ucapan Babas dan melirik Febi yang terlihat sibuk berbicara dengan Ray.
"Yang disebelahnya siapa?" tanya Ray sembari melirik Jihan hingga tak sengaja pandangan mereka saling bertemu namun hanya sebentar karena Jihan langsung memalingkan wajahnya.
"Aulia, Om."
Ray mengangguk.
"Memangnya mereka butuh uang berapa, sih?" tanyanya lagi.
Febi mengendikkan bahunya menandakan tidak tahu.
Ray menghela nafas pelan lalu merogoh ponselnya yang ada disaku celana nya.
Ia mengetik sebuah pesan pada ponselnya lalu kembali dimasukkan kedalam saku celana.
"Saya kasih 10 juta deh buat mereka berdua." Ucap Ray menggantungkan kalimatnya lalu melirik Lisa yang tampak begitu ketakutan. 'Tapi teman kamu yang namanya Aulia harus jadi pembantu saya."