Happy Reading!
•••
"Woy! Ngapain kalian?" Teriak Bastian membuat Febi dan Theo sontak menoleh.
Mereka langsung terkejut sama halnya Lisa yang mendapati mereka baru saja keluar dari hotel bersamaan.
Theo yang hendak naik kedalam mobil langsung terkejut mendapati Bastian yang tengah menepikan mobilnya didepan mobil miliknya.
Febi juga yang belum masuk ke dalam mobil langsung menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa ketahuan oleh kedua insan itu. Bastian langsung keluar dari mobil yang diikuti oleh Lisa.
"Kalian ngapain?" Tanya Bastian basa-basi. Sedangkan ia bisa melihat ekspresi istrinya seperti tak suka menatap Febi.
"Gue bisa jelasin, Lis." Ucap Febi langsung.
Lisa masih tak bersuara dan masih menatap Febi tak percaya. Pikiran Lisa menjadi negatif sendiri.
"Tadi ada acara di dalam dan kebetulan ketemu Febi disana." Ucap Theo menjelaskan sembari melirik kearah hotel agar mereka tak salah paham.
Namun, meskipun begitu Bastian bisa menebak jika Theo sedang berbohong saat ini tetapi ia tak ingin bertanya lebih lanjut mengingat ini bukanlah urusannya jika Febi dan Theo memiliki hubungan.
Tetapi tetap saja, ia kecewa. Ia pikir Theo tak bisa menjemput anaknya karena benar-benar sibuk.
"Yaudah, yuk, dek. Kita pulang aja." Ajak Bastian lalu pamit pada mereka dan segera masuk ke dalam mobil.
"Menurut lo, mereka percaya alibi kita barusan nggak?" Ucap Theo sembari menatap kepergian mereka.
Febi menggeleng. "Gue rasa mereka tau kalau kita bohong."
"Makasih, ya, bule!!" Seru Jihan lalu menggendong Axel keluar dari kantin. Waktu sudah menunjukkan pukul malam hari dan kelasnya baru juga selesai.
Mau tak mau ia menitipkan Axel di kantin mengingat ia tak bisa membawa anak itu masuk kedalam kelas.
"Lo beneran sudah nikah?" Tanya seseorang tiba-tiba membuat Jihan hampir terlonjak kaget.
Sungguh! Jika Jihan tak membawa banyak barang yang berisi keperluan Axel dan Axel tentunya. Mungkin ia akan memukul orang itu karena sudah membuatnya terkejut.
"Lo bikin gue jantungan!" Serunya membuat Axel langsung menangis.
Orang itu tersenyum lalu mengusap puncak kepala Axel agar berhenti menangis. "Sorry, sorry."
"Ini anak lo?" Tanyanya dan mulai ikut berjalan disebelah Jihan yang juga menepuk-nepuk bokong Axel agar tak menangis.
"Iya!" Jawabnya tak suka karena merasa diganggu. Ia semakin mempercepat langkahnya membuat tangan pria itu terlepas dari kepala Axel.
"Kok cepat amat jalannya?!" Teriak pria itu membuat Jihan semakin mempercepat langkah kakinya.
Tak membutuhkan waktu yang cukup lama akhirnya ia sampai didepan gerbang kampus dan mendapati Rayhan sudah menunggu nya disana sembari bersedekap dada.
"Tumben jemput, bang." Ujarnya.
"Siapa itu?" Tanyanya balik sembari memainkan dagunya menunjuk lorong yang tadi Jihan lewatin.
"B-bukan siapa-siapa. Aku juga nggak kenal, kok, bang." Jawabnya. Ia takut Rayhan berfikir macam-macam meski dirinya sering berfikir macam-macam tentang Rayhan.
"Kok dia gangguin kamu?"
"Nggak gangguin, kok." Jelas Jihan sembari terus menepuk bokong Axel. Anak itu mulai berhenti menangis. "Ayo, pulang." Ajak Jihan sembari menarik tangan Rayhan untuk pergi dari sana.