Happy Reading.
••••
"Kamu di jemput?" tanya Rayhan pada Jihan yang hendak mengambil koper nya setelah merasa cukup sepi karena penumpang hampir semuanya telah keluar.
Gadis itu berjinjit sedikit untuk meraih koper nya dan ia bisa mendengar suara dengusan dari Rayhan.
"Minggir, biar saya aja," dengusnya dan menyenggol Jihan untuk menyingkir dari sana lalu meraih koper gadis itu yang ada di kabin.
Jihan mendengus pelan kemudian meraih koper nya saat Rayhan telah mengambilnya.
Rayhan langsung berjalan duluan, ia merasa kesal karena pertanyaannya tadi di abaikan oleh gadis itu.
Ck. Ia tak percaya beberapa menit yang lalu ia meminta gadis itu jangan melepaskan pegangannya.
Apa lagi yang Rayhan harap? Kalau pun ia benar-benar menyukai gadis itu, ia tak bisa menikahinya.
Ah, lebih tepatnya ia tak bisa karena merasa trauma dengan hubungannya yang sebelumnya.
"Bang, pelan-pelan dong jalannya." Cibir Jihan dan mengekori pria itu dari belakang.
Rayhan terlihat seperti tak perduli dan malah memakai earphones putihnya lalu menyalakan lagu dari ponselnya.
"Bang!" seru Jihan dan menarik tangan pria itu.
Rayhan membuang napas pelan dan menatap gadis itu tak minat, "apa?"
"Tas-ku..." desisnya seraya menunjuk tas punggungnya yang di pakai oleh Rayhan.
"Biar saya yang bawa aja," ujarnya kemudian lanjut berjalan.
Sial...
Hati Jihan terasa ingin melompat keluar, meski Rayhan berbicara ketus padanya namun tetap saja perlakuannya membuat hatinya terasa menggila.
Ia langsung berlari kecil mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan Rayhan.
"Abang orang Medan juga?"
Rayhan membalasnya dengan deheman. Jujur saja ia hanya memutar lagu dengan volume yang kecil.
"Tinggal dimana nya, bang?"
"Kenapa nanya-nanya? Mau kerumah saya?"
Jihan mendecak pelan. Memangnya apa salahnya bertanya? Pikirnya.
Gadis itu masih mengingat saran dari Febi yang mengatakan jangan terlalu gengsi untuk memulai percakapan dengan Rayhan.
Ya, Jihan mencoba mengikuti saran temannya itu meski sebenarnya ragu.
"Abang di jemput?" tanyanya lagi mencoba mencari-cari topik pembicaraan.
Namun Rayhan langsung merangkul gadis itu seraya menarik pipi gadis itu gemas, "nggak bisa berhenti ngomong?"
"Ih i-iya, l-lepas dulu," cicitnya sembari menepis tangan pria itu.
Rayhan tersenyum geli kemudian melepaskan tangannya dari pipi gadis itu namun tetap merangkulnya.