CHAP 28

5.2K 628 30
                                    

Happy Reading.

Pen up banyak2 soalnya akhir2 ini jarang buka wp, mianhae 😐

•••

Waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi yang berarti cuaca tak akan begitu panas.

Namun--- pagi ini cukup membuat Bastian banyak mengeluarkan keringat karena gugup.

Ya, bayangkan saja ia akan menikah dan mengucapkan Ijab Kabul dihadapan keluarga dan rekan rekan yang lainnya.

Ini sudah ketiga kalinya ia salah menyebutkan nama dari yang nama Ayahnya Jonathan jadi Junathhan.

Ya, rasa gugup membuat ia menjadi seperti orang bodoh.

Lisa yang ada disebelahnya langsung menyenggolnya pelan. Ia memberi isyarat pada pria itu agar tak salah lagi.

Sedangkan dari kejauhan, Theo dan Ray yang memilih untuk duduk disudut mencoba menahan tawanya.

Sang penghulu kembali berbicara membuat suasana kembali menjadi serius.

Bastian menarik napasnya dalam dan mendengarkan sang penghulu dengan seksama.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Muhammad Sebatian bin Geraldo Hia dengan saudari Monalisa Putri binti Alfy Jonathan dengan mas kawin perhiasan emas 24 karat sebesar 12 gram, dibayar tunai karena Allah Ta'ala."

Bastian kembali menarik napas dalam.

"Saya terima nikahnya Monalisa Putri binti Alfy Jonathan dengan mas kawin perhiasan emas 24 karat sebesar 12 gram, dibayar tunai karena Allah Ta'ala." Ucap Bastian dengan lantang.

Penghulu tersenyum kemudian menoleh pada para saksi disana. "Sah?"

"Sah!!"

•••••

Suasana rumah Lisa tampak begitu ramai.

Ya, malam ini banyak yang tetangga membantu untuk masak-masak lantaran resepsi pernikahan mereka akan dilaksanakan dua hari lagi.

"Jadi nanti aku tidur di kamar kamu, kan?" tanya Bastian seraya mengangkat satu kakinya ke atas paha.

Sekarang mereka berdua sedang duduk santai di teras.

Lisa yang ingin membantu yang lain malah dilarang--- alasannya karena tidak boleh terlalu lelah.

Lisa mengangkat wajahnya menatap pria yang duduk disebelahnya dengan malu-malu.

Ia tak percaya sudah mengikat status sebagai istri dari Bastian.

Ya Tuhan.

Lisa hanya berharap malam ini tak akan terjadi yang namanya malam pertama.

Jujur saja ia belum siap.

"Iya." Balas Lisa kemudian membuat Bastian mengangguk dan menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Lehernya terasa pegal. Ia masih mengingat saat mengucapkan Ijab Kabul tadi.

Sesekali ia melirik Lisa yang masih memakai riasan wajah.

"Lis ... ke kamar, yuk?"

•••••••

Jam sudah menunjukkan hampir pukul delapan. Ray sudah berdiri didepan kantornya untuk memerhatikan bawahannya itu.

SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang