•••••
HR Chingu♥
•••••
Bell istirahat baru saja berbunyi. Lisa tak henti-hentinya menggerutu lantaran melihat pesan di ponselnya yang mengatakan dari Sebastian.
Hell!
Bagaimana bisa om genit seperti dia mengetahui nomor Lisa?
"Ah! Feb! Pasti lo nih yang ngasih!" tuduh Lisa kesal dan menghentak kakinya gemas.
Ia mengusap wajahnya kasar hingga poni-nya tak rapi lagi.
"Hehe, iya." Balas Febi dengan cengiran membuat Lisa kembali menghentak kakinya.
Hell.
Apa perlu dia mengganti nomor baru?
Tapi, jika orangtua nya bertanya ... ia harus jawab apa?
Lisa kembali menggerutu membuat Jihan mendorong kepalanya dengan telunjuknya.
"Biasa aja, njir! Lagian Om Babas ganteng." Sahut Jihan dengan wajah polosnya.
Memang Sebastian ganteng 'kan?
Febi dan Lisa saling melemparkan pandangan tak percaya.
Babas?
Panggilan macam apa itu?
"Ganteng? Genit yang ada!" seru Lisa tak terima dan mulai melangkahkan kakinya keluar kelas yang di ikuti kedua temannya itu.
Jihan kembali menggeleng tak percaya.
"Memangnya dia ngirim pesan apaan, Lis?" tanya Febi lagi membuat Lisa terhenti dan membalikkan badannya.
Jihan menggerutu kecil karena ia berjalan tepat di belakang Lisa hingga menjadi terbentur karena gadis itu tiba-tiba berhenti tanpa aba-aba.
Lisa merogoh ponselnya yang ada di saku seragam lalu mulai membaca pesannya.
"Biar gue bacain," ucapnya. "Kata dia 'Dek, kalau saya mau lamar kamu sore nanti, gimana?'."
Seperti apa yang Lisa perkirakan. Dua temannya itu langsung tertawa lepas.
Geez!
Ia jadi menyesal membacakan pesan dari Sebastian. Itu pun masih satu pesan belum pesan yang lainnya lagi.
Ah, sepertinya Lisa tak perlu membaca pesan yang menjijikan lainnya.
••••••••
Triple shit.
Baru keluar dari gerbang saja langsung membuat Lisa dan Jihan berniat untuk kembali kedalam sekolah lagi.
Tetapi karena Febi yang menahannya membuat mereka pasrah dan berjalan di belakang Febi.
Ia melirik ke depan sekilas dan melihat Ray dan Sebastian sedang bersandar di depan mobil sembari menghembuskan asap rokok.
Ew.
Sepertinya bertambah lagi alasan mengapa Lisa harus menjauhi pria yang bernama Sebastian.
Ya, karena hanya Sebastian yang merokok disana dan melemparkan tatapan genit pada murid perempuan disana yang baru keluar gerbang.
Jihan menyenggol Lisa dan memberi kode untuk segera lari dari sana.
"Sudah. Nggak usah lari." Cibir Febi seolah tahu apa yang di pikirkan oleh mereka.
Dan sampailah mereka mendekat dengan mereka.
Sebastian berdeham dan membuang puntung rokok nya lalu menginjaknya hingga mati.
Ia langsung menyenggol Febi agar sedikit menjauh hingga Febi mendengus pelan.
Sebastian tersenyum tipis dan merangkul Lisa.
"Dek ... nanti malam dandan yang cantik, ya." Bisiknya lalu melepaskan rangkulannya dan pamit pada yang lain untuk pergi dari sana.
Ya, Sebastian hanya ingin memberitahu itu karena nomor nya sudah di blokir oleh Lisa.
Ray berdeham dan melirik Jihan.
"Ayo, pulang." Ujarnya membuat Jihan mengangguk dan pamit pada kedua temannya itu.
Lisa masih bergeming.
Ah, apa yang akan terjadi malam ini?!
••••••••••
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Dan Lisa tak henti-hentinya memukul kepala nya di kamar.
Ia semakin gelisah.
Lisa takut jika Sebastian datang dan berbicara sembarangan pada orangtua nya.
Ya, malam ini ada orangtua nya.
Geez!
Lisa takut jika orangtua nya tahu apa yang Lisa lakukan belakangan ini hingga mengenal pria hidung belang seperti Sebastian.
"Lisa!" teriak Ibunya dari luar membuat lamunan nya buyar.
Ia langsung bangkit dari kasur dan menghampiri Ibunya.
"Kenapa, ma?"
Ibunya-Natalia-tersenyum tipis dan mengelus rambut Lisa lembut membuat Lisa jadi heran sendiri.
"Ada tamu." Ucap Nata dengan lembut.
Bang!
Tamu?
Jangan bilang itu Sebastian. Batin Lisa berkecamuk.
Nata langsung menarik tangan Lisa lembut dan di tuntunnya menuju ruang tamu.
Dan benar saja.
Ada Sebastian disana dengan seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya.
Sebastian melirik Lisa yang hanya memakai baju tidur tanpa rias wajah.
Ia tersenyum tipis.
Tanpa perlu merias wajahnya, gadis itu tetap terlihat cantik.
Ia bisa melihat wajah keterkejutan yang di berikan Lisa.
Perlahan namun pasti.
Natalia dan Lisa langsung duduk tak jauh dari Ayahnya Lisa-Jonathan-.
Lisa melirik Jonathan dan Natalia sekilas.
"Nak Sebastian ingin melamar kamu, sayang." Ujar Natalia lembut dan melirik kedua orang tua sebastian yang juga tersenyum.
Lisa bergeming.
Jantungnya berdetak lebih kencang.
Sial.
Ia yakin Ibunya atau Ayahnya tak akan menolak lamaran itu terlebih lagi yang pernah Lisa dengar dari Febi bahwa Sebastian adalah orang yang berkecukupan.
Pasti orangtua nya akan melepaskan Lisa begitu saja karena berpikir Sebastian bisa menghidupinya.
"Tapi, ma. Lisa 'kan masih sekolah." Ucap Lisa agar orangtua nya mengerti.
"Tidak apa. Sebentar lagi 'kan kamu lulus." Sahut Jonathan membuat Lisa bungkam.
Argh!
Kalau Ayahnya yang berbicara--- ia tak akan bisa menyahut lagi.
"Jadi kapan pernikahan mereka di laksanakan?"
TBC.
Btw gue dilema.
Pen unpub karena pminat cukup sdikit dan bnyk sider.Dan oiya dsni pemeran utamanya Jihan-Ray-Sebastian-Lisa meskipun cover nya poto JisooxLay.
Jadi kalau misalnya lebih banyak adegan Selisa mungkin jiwa hunlis shipper saya keluar:(
Dan saya sedikit heran tbtb ini story pindah ke genre humor😂😂😂