Happy Reading.
••••
Theo dan Bastian langsung membuang napas panjang setelah menempatkan ranjang yang terbuat dari rotan tadi di kamar. Theo tak menyangka jika ranjang itu benar-benar berat.
"Abis ini bikinin gue upah minuman," dengus Theo seraya duduk di lantai. Ia butuh waktu untuk beristirahat pikirnya.
Bastian mendecak pelan, "bikin sendiri. Barang-barang belum di atur semua."
Theo bergeming dan memilih mengipas-ngipas wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Tetangga disini pada gimana?" tanya Theo kemudian.
Bastian mengangkat kedua bahunya kemudian ikut duduk namun bersandar pada dinding. "Kalau di tempat lo gimana? Kenapa nggak beli rumah aja daripada apartment gitu."
"Belum tau tetangga gue gimana. Tapi kalau beli rumah harus beli perabotan banyak lagi."
"Cih, lo kayak nggak punya uang aja." Decih Bastian pelan membuat pria yang tengah duduk seraya bersandar pada ranjang itu langsung menyenggolnya dengan kaki.
"Gue sudah di usir. Tabungan gue habis semua."
Bastian berdeham seraya mengusap bulir keringat yang mulai jatuh pada wajahnya.
"Tapi gue punya tetangga baru. Namanya Bianca." Ungap Theo kemudian.
"Bianca? Mantan lo atau cuman kebetulan namanya sama?"
"Gue juga nggak tau, sih. Semoga bukan Bianca mantan gue."
Bastian tertawa pelan, "lagian sudah punya istri masih aja punya perasaan sama mantan."
Setelah mengatakan itu, Bastian kembali mendapat senggolan kaki oleh Theo. "Itu beda cerita. Jangan ngomong gitu. Ntar di dengar Rosita."
Bastian mengangguk kemudian bangkit dari sana, "dah, gue mau beresin barang yang lain dulu." Ujarnya kemudian beranjak dari sana.
Ia pikir daripada duduk santai disana, lebih baik ia menata barang-barang yang lain jadi ia dan Lisa bisa tidur nyenyak malam ini.
Terlebih lagi ia harus kembali bekerja esok hari.
Ah, Bastian tak menyangka. Dari yang awalnya dekatin gadis itu hanya karena obsesi kini malah tinggal satu atap dalam ikatan halal.
Entah, Bastian harap obsesi itu berubah menjadi rasa sayang. Ia tak mau menyia-nyiakan semuanya.
Dari pernikahan yang di rayakan dengan sederhana karena Lisa menolak bantuan Ray dengan ingin membantu merayakan pernikahan mereka di sebuah gedung karena alasan Rayhan baru saja bercerai jadi tak enak.
Ya, Lisa benar-benar berbeda. Pikirnya.
•••••
"Masih lama?" tanya Rayhan seraya mengedarkan pandangannya melihat sekeliling.
Hampir satu jam ia menunggu Jihan di jemput namun jemputan gadis itu tak kunjung datang terlebih lagi langit terlihat mulai gelap yang menandakan akan turun hujan.