"Sayang, sampai kapan kita mau canggung kaya gini? Ini udah 3 hari loh kamu diemin aku." ucap MinSoo berkata pada siapa lagi, jika bukan Nara, istri yang paling di sayang nya.
Sudah 3 hari mereka saling diam, hal yang mendominasi adalah rasa canggung mereka. Bahkan setelah kejadian itu, nara terlihat selalu menghindar jika bertemu MinSoo.
"Maaf." desis Nara menundukkan kepala nya.
MinSoo menarik pergelangan tangan nara perlahan, ia membimbing agar duduk di pangkuan nya di sofa depan tv. MinSoo mencubit hidung mancung nara gemas.
"Kenapa kamu 3 hari belakangan menghindar dari aku? Kamu masih malu? Kita udah nikah sayang, Kenapa masih malu hm? Aku janji gak akan maksa kamu lagi melakukan itu tanpa persetujuan kamu. Gak papa deh sabun kita cepet habis, yang penting kamu jangan kaya gini ya." ucap MinSoo tersenyum jenaka.
Nara hanya memutarkan ke dua bola mata nya, merasa jengah.
"Kamu tadi udah makan? Kalo udah kapan?" tanya MinSoo seraya mengusap kepala istri nya.
"Kalo makan malam sih belum, tapi tadi jam 4 udah makan Gimbap."
"Tumben kamu mau makan Gimbap? Kata nya...."
"Lagi males masak, tadi di jalan pulang, lihat ada yang jual Gimbap di warung tenda pinggir jalan. Aku cuma makan setengah gulung. Gak selera, aku kepikiran kamu terus. Kamu udah makan?" tanya Nara dengan sorot mata lembut nya menatap wajah suami nya dengan penuh perhatian.
MinSoo tersenyum mengecup kening Nara, "Sama kaya kamu, aku cuma makan tadi siang di kampus. Yaudah yuk kita sama sama bikin makan malam." ajak MinSoo menyuruh Nara turun dari pangkuan nya.
Nara justru malah membenamkan wajah nya di dada bidang MinSoo, mencari posisi yang nyaman. Jujur saja kalau Nara rindu bermanja manja seperti sekarang, karena selama 3 hari nara menahan gejolak nya untuk tidak memeluk suami nya itu, apalagi saat tidur. Ketika MinSoo terlelap, nara mati matian menahan untuk gak mendekat dan memeluk tubuh jangkung MinSoo.
"Lah kok malah ndusel ndusel gini sih? Ayo deh sayang. Ntar perut kamu sakit loh kalo gak makan. Atau mau makan di luar aja? Kita udah lama gak dinner." ucap MinSoo mencoba menarik bahu nara dari pelukan nya, tapi Nara malah makin mempererat pelukan nya.
"Yaudah gini aja. Kamu turun dan kita masak bareng atau aku gendong ke dapur, biar aku aja yang masak." melihat tak ada pergerakan, MinSoo menghela nafas nya perlahan.
Dengan bersusah payah ia menegakkan tubuh nya, selagi ada nara di pelukan nya. Jadi lah sekarang MinSoo seperti menggendong seorang anak kecil. Karena Nara ia gendong di depan, Nara semakin mengeratkan tangan nya di leher MinSoo dan kaki nya yang melingkar di pinggang suami nya itu.
Sesampai nya di dapur, Nara tetap tak bergeming mau turun dari gendongan MinSoo. MinSoo menduduk kan Nara di meja pantry, tapi nara masih tak mau melepaskan rengkuhan tangan nya di leher suami nya.
"Sayang, lepas dulu. Ini gimana mau masak kalo kamu nya gak mau turun. Turun ya sayang, kamu mau di masakin apa?" ucap MinSoo mencoba bersabar dengan sifat Manja Nara yang suka tiba tiba.
"Mau tetep di gendong kamu, aku masih kangen sama kamu." ucap Nara lirih.
"Gini aja, kamu lepas dulu ini tangan yang di leher aku. Tukar posisi aja ya, gendong di belakang. Kalo gendong di depan ntar aku bukan nya masak, tapi malah makan leher kamu. Kamu gak tau dari tadi aku nahan nafsu ini, apalagi nafas kamu dari tadi kena leher aku, suami kamu ini laki laki normal sayang. Bisa ke pancing kalo di goda sama kamu." ucap MinSoo menciumi leher Nara, dan Nara hanya menggeliat ke gelian.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Romance 7NY [[Completed]]
Romance*Sedang Proses Revisi* "Diharapkan untuk Follow terlebih dahulu" 18++ (BOCAH MENYINGKIRLAH) Bukan hanya tentang "konten dewasa" nya, cerita ini juga mengandung unsur kekerasan fisik yang fatal bersifat PSYCHOPATH. Itu sebab nya saya sebaga...