Happy reading 😍
Malam ini Ilham dan Thella terlibat percakapan via telepon dengan serunya. Mereka bercanda ini itu selama kurang lebih sudah dua jam.
Sampai akhirnya pertanyaan Ilham yang satu ini membuat Thella terdiam. "Thella. Hey, kenapa diam?" Ilham memanggil adiknya yang tak kunjung menjawab.
"Eh? Iya, Kak, apa tadi?" Thella mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kakak tadi tanya, sejak kakak pulang dari Canada, Kinna seperti menghindar sama kakak gitu. Kamu tahu kenapa?" ulang Ilham.
Thella meremas jemarinya sendiri, memikirkan jawaban apa yang harus diberikan pada kakaknya.
"Tadi kakak sih bisa pulang bareng, itu pun tadi kakak gak sengaja ketemu dia." Sebelum Thella menjawab, Ilham kembali memberi tahu adiknya dengan tawa kecil.
"Apa?!" jawab Thella seperti tak percaya. 'Bagaimana bisa Kinna lepas dari pengawalnya itu?'
"Ada apa? Kamu kenapa kaget gitu?"
"Hehe, gak, Kak. Thella ngantuk mau tidur, Kak. Good night," ucapnya kemudian memutus sambungan telepon secara sepihak.
"Gimana ini? Kak Ilham sebentar lagi pasti bakal tahu semuanya. Dia pasti kecewa banget. Dia kan suka sama Kinna," gumam Thella dalam hati dan terlihat gusar.
Beruntung Ilham sangat sibuk di sekolah karena dia menjabat sebagai ketua OSIS dan ikut beberapa ekstrakurikuler seperti musik, renang dan bela diri. Jadi ia jarang sekali tahu keadaan yang sedang panas, apalagi pada juniornya.
Ia juga belum tahu tentang status Kinna yang diklaim secara sepihak oleh Bisma.
***
"Semangatmu main basket membuatku curiga." Bisma duduk di akar pohon sembari memperhatikan Kinna yang sedang semangat membawa bola ke sana kemari itu.
"Lo gak mau main? Ini menyenangkan, Bisma," ucap Kinna tanpa bermaksud membahas lebih lanjut tanggapan Bisma tadi.
"Menyenangkan? Bahkan bola yang kamu lempar belum ada yang masuk satu pun," ledek Bisma ikut ke tengah lapangan.
"Gue emang gak bisa bermain basket!" balas gadis itu melempar bolanya ke Bisma dengan jengkel.
"Gini aja gak bisa." Dengan sekali lempar, bola itu masuk ke dalam ring melalui tangan Bisma.
"Lo kapten tim basket, Tuan Karisma!" kata Kinna kesal karena diremehkan.
Bisma menarik pergelangan tangan gadis itu. "Tanganmu cukup bagus untuk bisa belajar main basket, Killa."
"Ish! Gak mau. Gue cuma mau cari alasan, Bodoh. Sebenarnya lo tahu kenapa gue ngajak lo ke sini, tapi lo cuma pura-pura memancing gue, kan?!"
"Mainlah lagi." Bisma mengambil bolanya yang tadi jatuh ke tanah tanpa ada yang mengambil dan melemparnya ke Kinna.
Kinna sudah tak ingin mendebat Bisma lagi. Ia ingin meluapkan semuanya melalui permainan basket ini, walau ia tak bisa bermain basket. Setidaknya ia bisa lega setelah ini, seperti saat pertama kali Bisma mengenalkan olahraga kebanggaannya ini pada Kinna.
Rutinitas barunya dua minggu ini membuat Kinna benar-benar butuh hiburan. Setiap malam ia selalu tidur larut dan mengahbiskan waktunya untuk belajar. Di sekolah bahkan ia sangat terlihat lebih tak peduli lagi pada orang lain, walau nyatanya Bisma selalu ada di sebelahnya karena ia selalu sibuk dengan tumpukan buku tebalnya.
Namun Bisma tetap selalu memastikan Kinna makan dengan baik di sekolah.Bisma hanya mampu jadi penonton di sini. Membiarkan gadis itu bermain sesukanya. Berlari ke sana-kemari meluapkan apa yang sedang dipikulnya. Ia hanya berdiri di tengah lapangan dengan kedua tangan yang terlipat di atas perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTS, GOT, HURTS ✔
RomanceBisma tak menyangka bahwa kejahilannya pada gadis yang belum dikenalnya itu membawanya pada perasaan yang serius. Awalnya, Bisma hanya ingin iseng bersama teman-temannya. Membuat gadis itu kesal adalah hobinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa menyenan...