Happy Reading 😊
Rafael sudah berdiri di depan kamar Tia pagi ini.
Ia tak berangkat ke kantor karena Tia belum keluar kamar saat sarapan tadi. Ia juga tak berniat memaksa Tia ke meja makan seperti biasanya karena mengingat perlakuan kasarnya pada Tia semalam.
Tangan Rafael sudah terangkat ke udara, tapi sebelum memgetuk, pintu sudah dibuka dari dalam.Tia sedikit kaget melihat Rafael da di depan pintu.
"Kamu, mau ke mana?" tanya Rafael yang melihat Tia sudah rapi seperti ingin pergi."Xiao Lin sebentar lagi datang, aku akan keluar untuk jalan-jalan. Boleh?" Tia meminta izin, tapi nadanya datar. Wajahnya juga dingin tak bersahabat.
"Tia, soal tadi malam, ada yang ingin kamu katakan?" Tanya Rafael selembut mungkin agar tak kembali menyinggung perasaan istrinya.
Tia menggeleng "Aku hanya tak sengaja melihat ruangan Gege terbuka dan lampunya masih menyala."
Rafael tahu ada nada kecewa di setiap kata yang Tia ucapakan, tapi Tia berusaha keras menyembunyikannya. Rafael merasa bersalah. "Aku minta ma-
tin tin
Suara klakson mobil terdengar dari luar rumah menghentikan ucapan Rafael begitu saja."Mungkin Xiao Lin, aku pergi dulu." Tia pun berjalan meningggalkan Rafael sebelum mendapat jawaban.
Dulu, Tia bahkan takut keluar rumah. Tapi sekarang, sebelum izin pada Rafael pun Tia yakin bisa keluar."Tia" Rafael mengejar Tia yang belum keluar dari rumah.
Tia menoleh.Rafael menatap mata Tia dengan perasaan tak karuan. Tia tak sepenuhnya mengabaikannya,tapi rasanya Rafael tak terima Tia menjadi sedingin itu padanya. Rafael ingin Tianya kembali seperti dulu. Mengganggunya, menempel padanya dan kadang sangat manja hingga kepala Rafael ingin pecah setiap menghadapi sifat manja Tia. "Jangan pulang malam. Dan... hati-hati," ucap Rafael lalu berbalik meningggalkan Tia yang menatapnya bingung.
*
*
*"Yak yak yak!!" Bisma memekik tak terima saat esaynya di corat-coret oleh Kinna.
Kinna menjulurkan lidahnya meledek. "Salah sendiri selesai sebelum aku selesai," ucapnya tanpa dosa. Ia juga sama sekali tak merasa bersalah telah membuat Bisma berulang kali mengerjakan esaynya.
"Ya ampun, sejak kapan tunanganku jadi kekanakan begini?" keluh Bisma frustrasi.
Mereka sedang latihan soal bersama di rumah Bisma karena sebentar lagi akan UAS.Kinna melanjutkan tugasnya tanpa peduli pada protes yang Bisma lempar padanya.
"Aku sudah 2 kali mengerjakan tapi kamu belum selesai juga?" ledek Bisma untuk memancing kemarahan kekasihnya yang begitu serius mengerjakan esaynya.
"Kamu asal mengerjakannya. Tidak teliti! Itu pasti banyak yang salahz" cibir Kinna.
"Kalau banyak yang salah kenapa kamu merusaknya? Bukankah kamu senang jika nilaiku lebih rendah darimu?" tanya Bisma sedikit kesal lalu tiba-tiba tertawa kecil "Ah maaf Killa, aku lupa kalau nilaimu tak pernah lebih baik dariku." Setelah itu Bisma tertawa terpingkal karena ledekannya sendiri.
Kinna menoleh ke arahnya tajam "Ya! Puasin ketawanya sana! Aku heran sama kamu, gak pernah belajar tapi nilai selalu tertinggi. Kamu main dukun ya?!" tuduh Kinna sambil menudingkan pensilnya ke wajah Bisma.
Bisma memutar matanya malas "Gadis kuno. Inilah yang membuat otakmu tidak optimal. Kau masih percaya mitos, hm?"
Kinna mengendikkan bahunya acuh "Aku hanya bercanda tau!" Kinna melanjutkan soal latihannya.
"Sayang." Bisma memeluk leher Kinna.
"Apa."
"Aku capek, mau tidur." Bisma meletakkan kepalanya di bahu Kinna."Bisma, aku tadi malam ngobrol sama mama."
"Lalu?"
"Mama sepertinya sudah benar-benar merestui kita. Dengan mengizinkan kita bertunangan dulu lalu tadi malam mama bertanya banyak tentang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTS, GOT, HURTS ✔
RomanceBisma tak menyangka bahwa kejahilannya pada gadis yang belum dikenalnya itu membawanya pada perasaan yang serius. Awalnya, Bisma hanya ingin iseng bersama teman-temannya. Membuat gadis itu kesal adalah hobinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa menyenan...