28-Darkness

3K 157 4
                                    

Setelah belajar bermain gitar,—karena Kinna ingin bisa main gitar dan Ilham mahir dalam bermain gitar— dan jalan-jalan sebentar.
Ilham mengajak Kinna makan malam.

Begitu banyak yang mereka obrolkan dan mereka selalu tertawa bersama.
Tak ada satupun obrolan yang mengungkit-ungkit beberapa hal buruk—menurut mereka— yang terjadi saat dulu masih satu sekolah.
Akhir-akhir ini Kinna merasa lebih bebas berteman dengan laki-laki lain selain Rangga dan Reza karena Bisma bahkan sekarang sudah seperti tak mempedulikannya lagi. –atau mungkin Bisma memang tak tahu—Ia sering jalan bersama Aldo tanpa takut ada yang mencelakai pria itu.

Dan beberapa kali Ilham juga mengajaknya jalan.

Setelah makan malam, Ilham mengantarkan Kinna pulang.
"besok aku jemput. Aku gak ada kuliah” ucap Ilham setelah mobilnya berhenti di depan rumah Kinna.
"gak usah kak” gadis itu menggeleng pelan.

“gak apa-apa. Sekalian aku antar Thella” ujar Ilham tak mau mengalah.
"beneran gak apa-apa?” tanya Kinna memastikan karena takut akan merepotkan.

Ilham tersenyum lalu mengangguk senang.

“oke deh. Makasih ya kak untuk hari ini. Kinna seneng bangettt” ucap Kinna sambil keluar dari mobil Ilham.
"sama-sama. Cepat masuk dan langsung istirahat” suruh Ilham.

“siap bos. Bye kak Ilham” Kinna melambai sebelum masuk ke dalam rumah barunya yang Rafael berikan.

“aku senang Kinna. Setidaknya kamu masih di sini sekarang, padahal aku udah takut banget waktu tahu kamu peringkat kedua lagi” gumam Ilham sembari terus menatap pintu rumah Kinna yang sudah tertutup rapat.

“tapi ternyata kamu masih bisa bertahan di sini. terimakasih” Ilham segera melajukan mobilnya dari kediaman gadis yang masih menjadi pemilik hatinya ini.

Sayang sekali sekarang keadaan sudah berubah.
Kinna sudah menyerahkan hatinya pada orang lain dan Ilham akan sangat sulit untuk mengambil hati itu kembali karena Kinna sekarang menganggap Ilham tak lebih dari seorang kakak.
Ya, Kinna berpikir itu akan lebih baik.
*
*
“aarrgghhhh!!”
Pyarrrr

Guci bernilai 20 juta itupun pecah berkeping-keping bersamaan dengan teriakan muak Bisma.
Amarahnya memuncak. Ia tak bisa seperti ini terus.
Menyakiti gadisnya.

"Argghh!"
Bisma ingin menghantam kepalanya sendiri dengan benda berat.

"KILLA!!” teriaknya lalu melempar ponselnya ke kaca hingga 2 benda itu sudah tak bisa dipakai lagi.

“Bisma, Bisma. Ada apa nak? buka pintunya” suara Nadia terdengar begitu cemas di depan pintu kamarnya.
“tinggalkan Bisma sendiri Mi. Bisma ingin sendiri!” Bisma berteriak frustasi.

"Bisma, buka sayang. Jangan buat mami khawatir” Nadia tetap menggedor pintu kamar Bisma.
“pergi Mi!! PERGI!!” Bisma berteriak lagi. Ia menarik sprai hingga apapun yang ada di atasnya terjatuh.
Bantal, guling, laptop dan beberapa koleksi miniatur superhero milik Bisma.

Semua kegiatan yang ia sukai sudah dilakukan tapi tak ada satupun hal yang dapat mengalihkan pikirannya dari Kinna. Bisma terus merasakan sakitnya cinta.

Tubuh Bisma merosot bersandar di kaki ranjang. Rambutnya sudah ia acak hingga sangat berantakan.
“brengsek!! gue benci ini semua!!”
*
*
Siapa sangka, setelah kejadian beberapa minggu lalu kini Aldo dan Kinna menjadi dekat.
Aldo, untuk yang kesekian kalinya menunggu Kinna di sebelah gerbang sekolah.

"Thella” Aldo memanggil Thella yang baru saja lewat dan Thella berjalan mendekatinya.

“Hay, Aldo” sapa Thella.
Ya, saat Kinna merasa nyaman dengan Aldo, Kinna mengenalkan Aldo pada Thella.
Jadi sekarang Thella dan Aldo saling mengenal walau hanya sebatas menyapa saat bertemu.

WANTS, GOT, HURTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang