09-I can't handle him

4.2K 219 4
                                    

happy reading 😊😊

Bisma geram, ia sudah bosan dengan kebiasaan Kinna akhir-akhir ini yang sering mengabaikannya dan terus berkencan dengan bukunya.

“berhentilah berkutat pada buku-buku tebal ini. Saatnya istirahat Killa” Bisma menggeram kesal di hadapan gadis itu. Duduk di maja Kinna dengan melipat tangan di dada.

“jangan mengganggu” ucap Kinna datar. Tebakannya tentang kemarin saat Bisma seperti sudah tak akan peduli lagi padanya meleset. Bahkan pria ini sekarang lebih cerewet. Beruntungnya kemarin ia mengurungkan niatnya untuk meminta maaf pada Bisma karena telah bersikap kasar dan aneh pada pria itu.

“tidak jika kamu ikut denganku ke kantin sekarang. Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu sekarang lebih sering berkutat pada benda seperti ini” Bisma menarik buku yang sedang di baca Kinna dan menaruhnya di meja temannya. Bisma yang sudah benar-benar kesal itu menatap tajam gadis di hadapannya.

Kinna tak menatap Bisma sedikitpun, ia mengambil buku lain di atas mejanya yang tertumpuk beberapa dan kembali membacanya.
Bisma kehabisan kesabaran. Ia menarik buku Kinna kasar dan melemparnya ke depan kelas hingga menimbulkan suara berdebum dari buku yang berjatuhan.

“Bisma!” Kinna memberikan death glare nya. Tapi Bisma tak peduli. Bahkan ia sangat menyukai tatapan itu.
“ini tidak baik Killa. Ada apa denganmu?” Bisma menyentuh bahu gadis itu. Menatapnya lembut dan meminta kejelasan.

Kinna berdiri setelah menepis tangan Bisma dari bahunya kemudian berjalan keluar kelas setelah memunguti buku-bukunya.
Bisma menghela napasnya frustasi lalu turun dari meja Kinna dan berjalan mengikuti gadis itu yang sudah tak terlihat dari dalam kelas.

Bisma tak pernah meleset menebak Kinna, gadis itu pergi ke perpustakaan—rutinitasnya akhir-akhir ini. Sebelumnya, Kinna hanya akan ke perpustakaan jika jam kosong atau memang sedang ingin mencari buku saja. Tapi akhir-akhir ini, gadis itu sangat sering ke perpustakaan. Bahkan Bisma sering menemaninya ke perpustakaan setiap pulang sekolah—mengganggu lebih tepatnya. Tapi Kinna selalu mengabaikannya. Tak perlu bertanya seberapa kesalnya Bisma jika sudah seperti itu.

Dan sekarang, Bisma benar-benar sulit menerima perubahan Kinna yang begitu terlihat dipaksakan. Seperti ingin meraih sesuatu dengan belajar mati-matian seperti ini.

Kinna menarik kursi yang disediakan di perpustakaan dan mulai kembali serius membaca buku di tangannya.

“sesuatu terjadi bukan?” tanya Bisma yang baru saja duduk di sebelahnya. Kinna hanya diam, percuma menanggapi Bisma. Hanya akan memperpanjang perdebatan.

“Killa!!” sentak Bisma cukup keras.

“sssttttt” beberapa pengunjung perpustakaan menginterupsi tindakan Bisma agar tak berisik dan mengganggu yang lain.

“mereka pikir mereka siapa?” gerutu Bisma mengedarkan pandangannya jengah kemudian bangkit dari duduk dan meninggalkan Kinna yang sama sekali tak peduli padanya.

Kinna lebih suka ke perpustakaan karena intensitas gangguan Bisma akan berkurang dengan sendirinya. Seperti saat ini. Tapi ini pertama kalinya Bisma mengalah dan pergi. Apa dia sudah lelah merecoki gadis ini?

Bisma berjalan keluar perpustakaan dengan kedua tangan yang masuk ke saku celananya dan tatapannya berubah tak bersahabat. Berbeda dengan saat pertama ia masuk bersama Kinna tadi.

***

“kak Rangga!”
Rangga dan Reza menghentikan langkah mereka saat seseorang memanggil Rangga. Mereka menoleh dan seorang gadis berlari kecil menghampiri mereka.

“ada surat untuk kakak” ucap gadis itu menyerahkan amplop berwarna merah muda pada Rangga setelah berada kurang dari 2 meter di hadapan pria fashionable itu.
“dari siapa?” Rangga menerimanya lalu membolak-balik sebentar.

WANTS, GOT, HURTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang