17-Fighting Babe

4.2K 180 3
                                    

Happy reading😊

Kinna tersenyum manis saat Bisma terlihat dari kejauhan menghampirinya. Akhir-akhir ini ada yang aneh dengan perasaanya saat berada di dekat pemuda itu. Perasaannya selalu terasa nyaman jika sedang bersama dengannya.

“sudah belajar?” tanya Bisma saat sudah berada di hadapan Kinna.
“ya. Walaupun aku belum jadi Einsten, tapi aku berharap akan mendapat nilai yang memuaskan kali ini” ucap Kinna optimis lalu mengumbar senyum yakinnya.
“baguslah. Aku tidak akan mengalah, seperti permintaanmu Killa. Jadi kerjakan soal dengan baik” Bisma mengacak puncak kepala gadis itu.
“pasti. Good luck Bisma” ucap Kinna mengulurkan tangannya.
“fair play. Oke Fighting Baby. Dont dissapointing your wild teacher ya” ucap Bisma menjabat tangan Kinna dan menyatukan jemari mereka untuk memasuki ruang Ujian Kenaikkan Kelas bersama.

Kinna tersenyum malu mendapat panggilan manis dari Bisma itu, walau itu bukan yang pertama kalinya. Tapi, sekali lagi. Ada sesutu yang telah berubah tanpa disadarinya.

‘aku merasa... hangat setiap di dekatnya. Entah sejak kapan’ batin Kinna melirik bisma dari samping. Senyumnya terus tersungging tanpa sadar.
‘dan setiap kita melakukan skinship, malah merasa lebih... panas di hatiku’ Kinna mengeratkan tautan jemari mereka sebelum Bisma melepasnya agar Kinna duduk di meja ujiannya.

“aiisshhh apa-apaan ini? aku baru saja memujinya? bisa saja perasaan panas itu karena hawa buruk dari Bisma. Iya hawa hitam negatif” ucapnya pelan sambil menggelengkan kepalanya.

“apa maksudmu?” ucap Bisma sedikit menunduk menyamakan tingginya dengan Kinna yang sudah duduk. Keningnya berkerut heran.
“eh? hehe bukan apa-apa. Fighting Bisma!”

“Fighting Babe. Do the best” Bisma mengecup pipi kiri Kinna sekilas lalu berlalu ke mejanya.

“aishh panas sekali!” ucapnya pelan sambil mengusap pipinya yang dicium Bisma dan terasa panas tiba-tiba, ia mengibaskan tangannya di depan wajahnya. Jangan sampai ada yang melihat wajahnya memerah karena ulah Bisma tadi. “betapa berpengaruhnya dia sekarang! dia bisa dalam sekejap melumpuhkan sistem kerja tubuhku. Bisma!!” geramnya lalu mengambil buku dalam tasnya dan mencoba kembali mengulang apa yang ia pelajari tadi malam.
*
*
*
Pagi ini bunga di jalanan Cina sedang bermekaran. Ini sudah memasuki musim semi. Walaupun Udara tak begitu bersahabat karena masih terasa dingin di suhu 12 derajat celcius, tapi sudah banyak pengguna jalan yang terlihat lalu lalang tak ingin menyia-nyiakan waktu sedikitpun.

Rafael dengan kemeja putih dan celana hitamnya juga jas yang ia bawa di tangan kanannya keluar dari kamar.

Di ruang makan sudah ada seorang gadis berusia 22 tahun yang sedang sibuk menata meja makan. Ia menoleh saat pintu kamar Rafael sedikit berderit.
“Ge” sapanya tersenyum riang.

Tak ada jawaban dari Rafael. Ia hanya langsung duduk dan bersiap untuk sarapan. Gadis itu dengan cekatan mengambilkan sarapan untuk Rafael.

“gege” gadis yang duduk di hadapan Rafael itu membuka obrolan yang suasananya begitu kaku disini.
Rafael hanya sedikit menoleh sebagai jawaban agar gadis itu melanjutkan apa yang akan ia ucapkan.
“aku hari ini akan berangkat kuliah lagi” ucapnya pelan tapi cukup jelas didengar oleh Rafael.

Rafael menghentikan aksi sarapannya dan kemudian menatap gadis itu dengan kerutan halus di keningnya.
Yang ditatap intens itupun menunduk, tak berani membalas tatapan Rafael.
“Kita sudah sering bicara tentang ini” ia mengambil jeda dengan helaan napas pendek. “sekali saja jangan memancing emosiku Tia, ini masih pagi. Aku berangkat” ucap Rafael yang sepertinya sedang mencoba mengendalikan emosinya itu kemudian berdiri. Meninggalkan menu sarapannya yang belum habis. Bubur dengan irisan ayam dan keripik itu sudah tak menarik lagi baginya.

WANTS, GOT, HURTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang