Happy Reading 😊
"Hentikan, Dicky!! Lepaskan Kinna atau kau akan membusuk di neraka!” Rafael maju selangkah dan Dicky mengaktifkan pistolnya. Rafael refleks menghentikan langkahnya ketika tak ingin mengambil risiko.
“Menghabisimu dan Kinna mungkin akan membuat Hye Ra tenang di sana karena orang-orang yang mengkhianatinya mati.” Dicky tersenyum sinis.
“Ada pesan terakhir untuk gadismu, Tuan Karisma?” Dicky beralih menatap Bisma yang hanya diam karena sedari tadi menatap Kinna. Gadis itu terlihat menyedihkan di matanya.Kinna seperti tak sadar situasi dan tenggelam dalam dunia yang ia ciptakan sendiri hingga ia bahkan tak bisa mendongakkan kepalanya dan menatap Bisma.
Bisma mendongak menatap Dicky. Tepat di matanya. “Bunuh aku sebelum kau melakukannya.”
Semua mata menatap tak percaya pada Bisma.
Yah... lebih baik Bisma mati daripada kehilangan Kinna tepat di depan matanya. Itu akan sangat menyakitkan. Bisma sudah sangat putus asa karena pistol aktif itu menekan pelipis Kinna dan tak akan ada celah meleset jika sampai pelurunya terlantar.Bisma tak sanggup membayangkannya.
Dicky tertawa mengejek "Itu tidak akan seru. Kau harus menyaksikan sendiri bagaimana nanti saat Ayahmu dijebloskan ke dalam penjara"
"Negosiasi terakhir," potong Rafael sebelum Dicky benar-benar nekat menekan pelatuknya. "Serahkan Kinna dan aku tidak akan memperpanjang kasus ini. Aku akan membiarkanmu pergi dan aku bersumpah tidak akan ada polisi yang akan mengejarmu sebagai buronan. Tolong lepaskan Kinna."
Dicky menatap Rafael sinis. "Perlu kau tahu bahwa aku bukanlah pengecut. Aku hanya ingin keadilan untuk Hye Ra."
"Hye Ra tak akan suka jika kau menyakiti Kinna. Hye Ra mencintai Kinna. Dicky, sadarlah! Hye Ra sudah tenang di sana. Tolong, kembalikan Kinna padaku," bujuk Rafael. Rafael berpikir mungkin Dicky sudah tak waras karena obsesinya pada Hye Ra jadi ia terus berusaha membujuk agar Dicky mau menyerahkan Kinna daripada menggunakan cara yang keras.
Dicky tak mengindahkan permintaan Rafael, pria itu mulai menarik pelatuknya dan membuat semua orang panik. Tentu saja kecuali Kinna.
“Killa” Bisma berucap lirih.
Sedangkan Kinna hanya diam.
Bisma berharap Kinna menatapnya sekarang.“kau akan menyesal jika melakukannya Dicky Prasetya!!” gertak Rafael gusar dan bergerak ingin memungut pistolnya. Tapi belum sempat Rafael meraih pistolnya, suara yang mengerikan itu terdengar.
Dorr!!
Rafael menutup matanya Rapat. Tak sanggup. Sungguh.
Ia tak ingin kembali merasakan kehilangan.“Killa!!” Bisma melihat tubuh Kinna merosot bersama percikan darah di wajahnya.
Tapi… dicky ikut merosot.
Bisma menyadari sesuatu yang janggal. Tangan Dicky berdarah dengan pistolnya yang hancur.“argghh” pekikan kesakitan dari Dicky itu membuat beberapa orang di sana heran.
Bisma berlari mendekati Kinna yang sudah terlepas dari Dicky dan mengangkatnya menjauhi Dicky.
Rafael mengedarkan pandangannya.
Sebelum Dicky melepas pelatuknya, seseorang telah menembak tepat di puggung tangan Dicky yang menembus pistolnya hingga hancur.“Morgan” ucap Rafael tak percaya.
Morgan berdiri di sana bersama beberapa orang berpakaian hitam dengan pistol di tangannya.
Beberapa polisi langsung meringkus Dicky dan anak buahnya.Bisma membawa Kinna masuk ke mobil dengan plat B115M4 yang sepertinya memang sudah disiapkan dan mobil itu segera melaju.
*
*
“Killa, hey lihat aku” Bisma menangkup wajah pucat gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTS, GOT, HURTS ✔
RomantikBisma tak menyangka bahwa kejahilannya pada gadis yang belum dikenalnya itu membawanya pada perasaan yang serius. Awalnya, Bisma hanya ingin iseng bersama teman-temannya. Membuat gadis itu kesal adalah hobinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa menyenan...