35

3.3K 165 1
                                    

vote dulu ya 😊

happy reading😄

“tanpa kamu belajar. Kamu akan tetap hidup di Indonesia. Kamu pikir aku tidak akan memberimu makan? tenang saja, aku akan membiayai semua kebutuhanmu di sana. Kamu terlalu sering menghabiskan waktumu untuk menatap benda itu” Rafael membuka jasnya lalu melemparnya ke sofa.
“Ge, kalau aku ke Indonesia kan aku bisa mengobrol dengan orang-orang di sana” keluh Tia.

Rafael melonggarkan dasinya dan membuka satu persatu kancing kemejanya “tidak, kamu hanya akan keluar rumah bersamaku. Itupun kalau aku sedang baik. Aku akan membawa beberapa bodyguard juga pelayan di sini. kamu hanya perlu memilihnya. Tak perlu belajar bahasa, cara berpakaian atau apapun itu. Bukankah aku sangat baik?” Rafael melempar kemejanya ke sofa lalu membuka celana hitamnya.
“tapikan...
“jangan membantah”

“yakk Rafael gege!! kenapa buka baju di sini?!” pekik Tia sembari menutup mata dengan kedua tangannya.
Rafael sekarang hanya menggunakan celana pendek dan telanjang dada. Pria itu menyeringai melihat Tia yang masih malu-malu setiap melihatnya bertelanjang dada "bukankah kau sudah sering melihatnya Tia? kenapa kamu masih pura-pura malu seperti itu?" Rafael tertawa saat melihat telinga Tia memerah.

"gege..." rengek Tia agar Rafael berhenti menggodanya.
“aku akan mandi di sini. jadi pastikan kamu sudah tidur saat aku keluar dari kamar mandi” lantas Rafael berlalu ke kamar mandi.
*
"
*
Mondar mandir mondar mandir

Kinna meremas ponsel di tangannya dengan gemas. Kejadian tadi pagi membuatnya tak bisa tidur dan terus memikirkannya.
Ia ingin meminta penjelasan dari Rafael tapi ia juga takut. Bisa dibilang sekarang ini Kinna sudah menerima Rafael lagi tapi tetap saja ia merasa tidak dekat dengan Rafael.

Lagipula... kinna melirik jam dinding. 
Pukul 9 malam. Kemungkinan di tempat Rafael sudah pukul 10.
Jadi... apa Kinna tidak mengganggu?

Tadi setelah mendengar semua penjelasan Bisma, Kinna minta diantar pulang dengan alasan sakit kepada guru bimbingan konselingnya dengan diantar Bisma.
Tapi setelah itu tak ada percakapan lagi di antara mereka. Kinna hanya membutuhkan waktu untuk memikirkan semuanya. Dan Bisma sangat paham atas hal itu.
*
*
*
“kamu pura-pura sudah tidur?” tanya Rafael saat baru keluar dari kamar mandi dan mendapati Tia yang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Rafael berjalan ke arah lemari dan mencari piyamanya.

Tia yang memang belum tidur hanya meremas selimutnya sendiri lalu terasa pergerakkan di atas ranjang. Ia mengintip di balik selimutnya.
Rafael sudah naik ke atas ranjang dengan piyamanya. Sudah lama Tia tak melihat Rafael memakai piyama biru itu karena memang piyama itu ada di lemarinya.

“aku akan tidur di sini” Rafael mengangkat kepala Tia lalu menyusupkan lengannya untuk bisa mendekap Tia.
Tia sedikit kaget dibuatnya walau ini bukan yang pertama kalinya. Rafael memang sering bersikap pengertian dan lembut padanya tapi Rafael lebih sering lagi melontarkan ucapan pedas padanya. Ntah apa yang terjadi pada suaminya itu, tapi Tia tahu Rafael menyayanginya.

“Aku tidak suka kamu tidur terlalu larut” Gumam Rafael sembari mengusap rambut Tia agar istrinya segera tidur.

Tia ikut melingkarkan tangannya di perut Rafael.
“Ge” panggil Tia.
“tidurlah” balas Rafael.
Tia mengangguk lalu kembali menyandarkan kepalanya di dada Rafael.

Belum sampai 5 menit, ponsel Rafael terdengar berdering.
Rafael melepaskan pelukannya lalu turun dari ranjang dan mengambil ponsel yang ia lemparkan ke sofa tadi.

“siapa ge?” tanya Tia penasaran karena tidak mungkin urusan pekerjaan jika yang menghubungi selarut ini.

Rafael kembali duduk di tepi ranjang “Kinna. Tidur saja duluan” Rafael mengangkat telephone dari adik tercintanya itu.

WANTS, GOT, HURTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang