44-Just Kill Me

2.8K 141 12
                                    

Happy Reading 😄

Tok tok tok
Rafael mengangkat wajahnya malas.
Ia sudah bilang pada Tia agar tidak diganggu, tapi sekarang malah ada suara ketuan pintu di ruang kerjanya.

“masuklah” jawab Rafael yang yakin bahwa dibalik pintu sana ada tubuh Tia.

"aku sudah bilang, jangan mengganggu. aku sedang ingin sendiri" ujar Rafael saat Tia mulai terlihat.
“ada pihak kepolisian, Ge” ucap Tia sambil menunduk.

Rafael berdiri lalu keluar dari ruangannya begitu saja.
Tia menghela napasnya lalu mengikuti Rafael.
Sejak Kinna menghilang, Rafael menjadi kembali tak acuh padanya.

“ada berita tentang Kinna? kalau kalian akan membahas kasus Hye Ra, lebih baik sekarang juga kalian pergi” ucap Rafael tanpa basa-basi pada 3 orang polisi yang duduk di ruang tamu. Bahkan ia dengan tidak sopannya masih berdiri.

“Bisma Karisma mengirimkan foto nona Kinna dan sebuah alamat” seorang polisi menyerahkan ponselnya pada Rafael.

“brengsek!! apa yang dia lakukan pada adikku?!” ucap Rafael gusar melihat keadaan Kinna di dalam foto itu. Tak sadarkan diri dan terikat.

“sepertinya bukan Morgan Winata pelakunya, karena Bisma Karisma melapor dan juga sedang ke sana” jelas salah satu polisi yang kira-kira berusia 30 tahunan.

“lalu apa kalian sudah menurunkan orang untuk ke alamat ini?!” Tanya Rafael dengan nada tinggi.

Mereka semua terdiam.
“belum?! bodoh!! sebenarnya apa kerja kalian hah?!”
Rafael berlari keluar rumah dan segera pergi bersama beberapa mobil bodyguard dan beberapa mobil polisi.
*
*
Gedung tua yang terlihat sangat rapuh. Aksen belanda masih sedikit bisa dikenali pada salah satu tiang penyangga di depan gedung yang sudah lama tak terpakai itu.

Bisma tak percaya Kinna berada di sini.
Apakah gadis itu makan dengan layak 5 hari ini?
Bagaimana keadaannya sekarang??
Apa Kinna bisa membersihkan diri dengan benar di tempat seperti ini?
Apa Kinna... baik-baik saja?

Bisma memasuki gedung yang lebih seperti gudang itu dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.
Walaupun ia sangat mencemaskan Kinna, Bisma pun sudah siaga jika ada jebakan di balik ini.

Tempatnya begitu kotor, Bisma bahkan harus beberapa kali menahan napas karena debu.

Sejauh ini baik-baik saja.
Bisma sudah memeriksa beberapa ruangan di sana tapi nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Kinna. Ia semakin berjalan masuk.

Tapi kali ini tak ada rasa was-was seperti tadi. Bisma merasa tempat ini kosong, tapi untuk memastikan ia tetap berjalan sampai bagian belakang.
*
*
Rafael mendahului polisi-polisi yang bertugas dalam kasus Kinna masuk ke dalam gedung tua itu.

Tak ada rasa takut sedikit pun.
Langkahnya tegas dan tatapannya tajam. Tangan kanannya bergerak untuk membuka kancing jasnya.

Saat ini, baginya tak ada yang lebih penting selain secepatnya menemukan Kinna dan memastikan bahwa adik tercintanya itu baik-baik saja.

Ia mengabaikan pintu yang ia lewati. Tak ada minat untuk mengeceknya satu persatu. Tapi beberapa polisi tetap mengeceknya hingga mereka tertinggal jauh dari Rafael.

Brakkk
Rafael menendang sebuah pintu paling ujung. Hanya feeling.

Orang di dalam ruangan itu pun dibuat terkejut.

Rafael menatap pemuda yang sedang berjongkok di sebelah kursi di tengah ruangan itu dengan tajam. Matanya melirik tali yang ada di tangan Bisma.

“bodoh!! kau terlambat?!” Tanya Rafael marah.

WANTS, GOT, HURTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang