Kinna terlihat gugup saat di perjalanan ke rumah Bisma.
“kenapa? tenanglah. Ada keluargaku disana. Kita tidak akan berdua saja” ucap Bisma yang melihat jelas kegugupan gadis itu.
Kinna hanya menggidikkan bahunya pura-pura cuek.Tak lama, mobil itu sudah berhenti di pekarangan rumah mewah milik keluarga Bisma.
Beberapa pelayan menyambut mereka dan mengambil alih tas sekolah mereka.
Awalnya Kinna menolak, tapi karena mendapat isyarat dari Bisma, Kinna membiarkan tasnya di bawakan pelayan tadi.“aku bisa membawanya sendiri Bis” Kinna sedikit ngeri melihat rumah itu di penuhi dengan orang-orang berbadan kekar dan berbaju hitam.
Bisma tersenyum tenang “tidak ada hal seperti itu disini Killa. Ayo ke atas” ajak Bisma kemudian menggandeng Kinna menaiki tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua rumahnya.“mana orang tuamu Bis?” tanya Kinna di sela langkah mereka.
“mami sedang menemani papi di kantor. Mungkin mereka akan pulang 2 jam lagi” jawab Bisma seadanya.Kinna menghentikan langkahnya dan itu memaksa Bisma ikut berhenti di depannya. Di tengah tangga.
“apa?! tadi kan kamu bilang ada keluargamu disini! kamu berbohong”
“tidak” Bisma menggeleng “dia, dia, dia. Mereka semua keluargaku” Bisma menunjuk Bodyguard-bodyguard yang berjejer rapi sepanjang mata memandang ke bawah sana. Juga para pelayan.
“bodyguard?” Kinna menatap Bisma bingung, membutuhkan penjelasan lebih.“mereka semua keluargaku Killa. Sudahlah jangan takut. Aku takkan macam-macam. Aku berjanji” Bisma kembali menarik pergelangan tangan gadis itu untuk melanjutkan langkah mereka ke lantai dua— di kamar Bisma.
Kinna terkagum melihat kamar Bisma. Untuk ukuran pria, ini sangat rapi. Tapi bukan itu yang membuat Kinna terkagum. Matanya berbinar melihat barisan buku-buku asing baginya yang tertata rapi di rak berukuran besar yang menempel dengan dinding. Rak itu bahkan lebih tinggi dari dirinya. Ia memang maniac Buku. Bahkan ada beberapa buku yang berserakan di samping rak itu. Mungkin tempatnya sudah tak cukup.
“kamu membaca semuanya?” tanya Kinna mendekati rak buku itu dan memilih beberapa judul buku disana.
“ya, tapi beberapa aku cuma baca sinopsisnya, karena gak menarik”
“aku juga punya koleksi buku. Tapi gak sebanyak ini” ungkap Kinna tanpa mengalihkan pandangannya dari satu buku yang tadi ia tarik dari rak buku.Bisma tersenyum kemenangan, usahanya untuk membuat gadis ini sedikit demi sedikit mau lebih terbuka padanya sekarang sudah mengalami kemajuan. Kinna beberapa kali mengungkapkan tentang dirinya yang tak penting, tapi sangat penting bagi Bisma walau hal sekecil apapun itu tanpa Bisma bertanya. Hanya sedikit memancing kadang.
“tak menyangka, pria gila sepertimu punya koleksi buku sebanyak ini” Kinna kembali mengamati jejeran buku disana.
“kamu pikir IQ 165 ku itu dapat begitu saja. Jangan bodoh Killa”
“kamu pernah bilang kalau kamu cerdas dari lahir Tuan Karisma” Kinna mendelikkan matanya tajam.
“itu hanya candaan. Oh ayolah, Tak ada hal instan di dunia ini. Mi instan pun masih perlu dimasak” canda Bisma tertawa sendiri dengan ucapannya.
Kinna menggigit bibir bawahnya. Mencerna baik-baik ucapan Bisma ‘tak ada hal instan’. Benar.***
Tok tok tok
Pintu kamar Bisma yang di ketuk dari luar membuat sang pemilik kamar dan ‘tamu’ istimewanya menoleh ke arah pintu bersamaan.
Bisma berjalan membukakaan pintu yang sebenarnya tak begitu tertutup rapat. Tentu saja, karena ada seorang gadis disini.
“maaf tuan muda, semua sudah menunggu di taman belakang” ucap seorang pelayan pria yang mengenakan jas hitam dan terlihat berwibawa itu.
“baiklah paman, kita akan segera kesana” ucap Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTS, GOT, HURTS ✔
RomantikBisma tak menyangka bahwa kejahilannya pada gadis yang belum dikenalnya itu membawanya pada perasaan yang serius. Awalnya, Bisma hanya ingin iseng bersama teman-temannya. Membuat gadis itu kesal adalah hobinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa menyenan...