45-Don't Hurt Him

2.8K 132 1
                                    

Happy Reading 😊

Bisma menoleh saat Rafael mengambil pistol di balik jasnya.
“kau mengerikan” komentar Bisma.

Rafael mengarahkan benda buatan Jerman itu ke arah mobil Ferrari yang sedang menghalangi Lamborghini milik opsir.

Dorr

Tepat di kaca sebelah kemudi peluru itu bersarang. Ferrari itu terlihat kehilangan keseimbangan beberapa saat tapi langsung berjalan menguasai jalan lagi.

“hanya gertakan?” Tanya Bisma sedikit kesal karena Rafael tidak serius melakukannya.
Rafael hanya tersenyum sinis.

“boleh kupinjam?” Bisma menengadahkan tangan kanannya pada Rafael.
“satu peluru untukmu” Rafael memberikan pistolnya.

Bisma sedikit mengeluarkan tangannya dari jendela.
Memicingkan matanya untuk memperjelas sasarannya.

Dorrr
Di luar pemikiran Rafael, Bisma menembak ban mobil milik musuh hingga mobil itu kehilangan kendali dan karena kecepatannya di atas rata-rata mobil itu menabrak milik temannya dan keluar jalur sampai jatuh terbalik dan mungkin sebentar lagi akan meledak.

Bisma melempar pistolnya pada Rafael dengan tampang songong.

“darimana kamu mempelajari tekhnik itu?” Tanya Rafael heran melihat Bisma menguasai tekhnik yang biasanya hanya bisa dikuasai oleh mata-mata atau tim detektif yang sudah benar-benar terlatih. Bisma mampu melumpuhkan beberapa orang sekaligus dalam sekali tembak dengan waktu berpikir yang sangat singkat. Dia benar-benar jenius.
Rafael masih belum percaya bocah SMA seperti Bisma mengerti hal seperti ini.

“apa Killa tak pernah bercerita kalau kekasihnya berIQ luar biasa?” Bisma kembali tersenyum miring sedangkan Rafael menatapnya kesal.

Mereka kembali fokus ke depan tak ingin mendebatkan hal tak berguna lagi.

Mobil yang menghalangi Rombongan Rafael semakin banyak, sepertinya ada tambahan pasukan dari lawan.
Mobil-mobil yang baru muncul di setiap persimpangan itu membuat mereka kesal.

“pelankan sedikit mobilnya” titah Bisma dengan tatapan tajam ke depan.
“untuk apa? kamu ingin kehilangan jejak Kinna, hah?!” tanya Rafael langsung tersulut emosinya.

Bisma menoleh dan menatapnya malas “biarkan 3 mobil polisi lain di depan kita. Tahan bodyguardmu di belakang. Setelah musuh terkecoh, kita potong jalan. Kita hadang mobil yang membawa Killa dari depan” jelas Bisma mencoba bersabar di atas perasaan khawatirnya pada Kinna. “suruh mobil bodyguardmu mengambil persimpangan juga, siapa tahu mobil yang membawa Killa berbelok” lanjut Bisma.

Rafael mengangguk-angguk setuju. “pantas Kinna tidak bisa jauh dari bocah brengsek sepertimu, dalam keadaan sedarurat ini pun kamu masih bisa berpikir matang” ucap Rafael kali ini tulus yahhh walaupun masih sedikit gengsi.

Bisma menoleh sekilas dan kembali menatap ke depan. “aku tak butuh pujianmu”
*
*
“Bunuh saja aku!!” ucap Kinna gusar pada Dicky.

Dicky menoleh lalu tersenyum sinis dan mengarahkan pistolnya ke wajah Kinna.

Kinna melebarkan mata sipitnya tak percaya.
Bolehkah ia menarik ucapannya baru saja? Sungguh, ia tak siap!

“Dengan senang hati sayang” Dicky berucap santai.

Cittt
Dorrr

Mata Kinna terpejam erat dengan keringat dingin yang membanjiri seluruh tubuhnya dan jantungnya berdegup kencang.
Sebentar, jantungnya?? Berarti... ia masih hidup.

“brengsek! kenapa berhenti mendadak?!” bentak Dicky pada anak buahnya yang memegang kemudi. Peluru Dicky terlepas dari pistolnya karena Dicky terkejut akibat mobil yang melaju kencang itu berhenti mendadak. 
Beruntung pelurunya meleset dan menembus atap mobil di atas Kinna.

WANTS, GOT, HURTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang