Happy reading😊
Bisma sedang berjalan santai dengan kakak kelasnya setelah latihan basket. Reza dan Rangga sudah pulang terlebih dulu karena tadi ia ditahan oleh kakak kelasnya ini.
"jadi Bisma, acara ini sebenarnya untuk menarik minat junior kita untuk masuk ke ekstrakulikuler basket"
"gue ngerti kak. Jadi kapan kita latihan lagi?" tanya Bisma antusias."kita akan rapat lagi untuk pelaksanaannya. Jadi setelah tanggalnya udah dapat, kita jadwalkan latihannya"
Mendadak Bisma menghentikan langkahnya di depan perpustakaan.
"Bis"Bisma tak menjawab, matanya terus menatap ke jendela kaca perpustakaan.
"Bisma"
"ah, ya?" Bisma sedikit kaget karena kakak kelasnya menepuk bahunya yang tiba-tiba melamun."gue duluan ya?" pamitnya kemudian karena takut ia sudah membuang waktu Bisma terlalu lama.
"oh oke" balas Bisma tersenyum tipis.Bisma kembali menatap ke dalam perpustakaan, pintunya sudah terkunci. Dulu, ia sering sekali menemani Kinna di tempat ini saat pulang sekolah hingga sore seperti ini. Ia sangat merindukan saat-saat itu. Bisma memejamkan matanya perlahan, menghela napas panjang lalu saat ia membuka matanya, cuaca sudah mendung. Tak lama hujanpun turun.
Bisma memutuskan untuk segera meninggalkan tempat penuh kenangan itu."Bisma" suara pelan dan penuh luka itu melirihkan namanya.
Bisma membeku. Ia tak bisa melangkah lagi. Pelan tapi pasti, ia membalik tubuhnya. Menatap mata yang dulu selalu dingin dan tajam kini menjadi terlihat sangat rapuh.
Gadis itu tersenyum tipis sebisanya.
Bisma membalik tubuhnya dan berjalan menjauh.
"Bisma" Namanya kembali tergumam dari bibir cherry itu.
Bisma menghentikan langkahnya. Ia memejamkan matanya sejenak dan menguatkan hatinya agar bisa kembali melangkah. Kakinya terangkat berat. Berat sekali.
"maaf" satu kata dari gadis yang sangat ia cintai itu menjadi sayatan tersendiri di hati Bisma. Lebih perih dari cambukan saat Bisma mendengarnya. "maaf karena aku tak bisa membuatmu nyaman bersamaku. Maaf karena aku sering mengabaikan keberadaanmu saat di dekatku. Maaf dulu aku tak-
"hentikan" Bisma memotong dengan suara dinginnya. Benar-benar dingin "berhenti mengharapkanku. Dan jangan pernah berada di dekatku lagi" Bisma kembali melangkah.Setetes liquid itu pecah di pipi Kinna. Untuk pertama kalinya, Kinna menangis untuk pria yang sangat penting baginya ini. Pria yang selalu membuatnya nyaman dengan segala tingkahnya. Pria yang berhasil menggeser pintu hati Kinna yang dulu terkunci rapat dan masuk ke dalamnya, bukan, bahkan telah menguasai hatinya, juga hidupnya, seutuhnya.
Sekuat hatinya beberapa minggu ini ia telah berusaha mati-matian agar tak sampai menangis karena Kinna yakin Bisma akan kembali padanya.
Tapi kali ini, ia sudah tak sekuat biasanya lagi.Brukk
Tak peduli. Ia sudah tak bisa menahannya lagi. Kinna menubruk tubuh Bisma, memeluk Bisma dari belakang. Begitu erat melingkarkan kedua tangannya di perut Bisma agar pria itu tak kembali melangkah untuk meninggalkannya. Wajahnya tenggelam di punggung hangat Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTS, GOT, HURTS ✔
RomanceBisma tak menyangka bahwa kejahilannya pada gadis yang belum dikenalnya itu membawanya pada perasaan yang serius. Awalnya, Bisma hanya ingin iseng bersama teman-temannya. Membuat gadis itu kesal adalah hobinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa menyenan...