Ev hanya bisa terpaku begitu Ayahnya datang. Bunga mawar pink yang sebelumnya tertata rapih dalam kotak, kini tersebar di lantai. Rex berjalan mendekat, jantung Ev berpacu begitu cepat dan peluh keringat dingin membasahinya. Pikiran Ev hanyalah Rex saat ini, ia takut begitu Ayahnya melihat sesuatu yang selama ini ia sembunyikan. Gadis cantik berusia 10 tahun itu berharap sekali ia bisa melewati pertanyaan Rex. Rex bertekuk lutut dan mengambil setangkai mawar yang sudah layu, lalu mengambil kotaknya. Pria enam anak itu menata bunga demi bunga ke dalam kotaknya. Rex mendongak untuk melihat puteri tertuanya, kali ini tatapannya lembut.
"Kau coba sembunyikan ini dari Daddy?" tanya Rex dengan menunjukan kotak yang masih terbuka.
Rex tersenyum seraya membelai pipi Ev dengan sayang. Entah kenapa hal itu membuat hati Ev menjadi tentram, pacuan jantungnya berdetak normal. Rex menutup kotaknya dan duduk di samping Ev.
"Apa puteri Daddy ini sudah punya pacar?" Pertanyaan konyol Rex membuat Ev membelalak matanya.
"Dad, aku saja tidak mengerti apa itu yang namanya berpacaran," kata Ev.
Rex tertawa, "Oh benarkah? Lalu mengapa kau suka menggoda Dad and Mom saat berduaan hem?"
Ev tampak berpikir, "Uhmm... itu.. kalian terlihat dekat. Kalian kan suami dan istri."
"Hanya sedikit yang membedakan kedua hubungan itu," gumam Rex.
Ev mencoba mencerna ucapan Rex, tapi ia tidak mengerti apa yang Ayahnya maksud.
"Kalau begitu darimana kau dapatkan mawar-mawar ini?" tanya Rex yang tatapannya berubah serius.
Ev yang melihat sang Ayah itu kembali bingung tuk menjawabnya. Ia melirik kotak itu, betapa bingungnya dia tuk menjelaskannya pada Rex.
"Evgenia... jawab Daddy," ucap Rex.
Ev menggeleng, "Aku.. aku tidak tahu."
"Bagaimana bisa kau tidak tahu, sayang? Jujurlah pada Daddy. Kau tidak perlu takut. Dad tidak tahan melihatmu semakin hari semakin berbeda. Kau terlihat gelisah dan tidak fokus," Rex mencoba membujuknya.
Tiba-tiba saja Ev menangis, tangisnya yang pelan berubah terisak-isak. Ev menutup wajahnya dan terus menangis. Rex meletakan kotaknya dan mendekap sang puteri.
"Ev sendiri juga tidak tahu, Daddy! Hiks.. Hiks! Aku tidak.. tahu. Daddy, Evgenia takut! Ev takuuttt!" pekik Ev.
Rex mengusap rambut Ev, "Sssshh! Jangan berteriak-teriak, sayang. Tangisanmu ini bisa membuat Mom dan adik-adikmu khawatir."
Ev memeluk Rex begitu erat, matanya yang berlinang air mata dan memerah itu menatap kotak yang berada disisi Rex. Litzi menatap Rex dan Ev dengan kening berkerut. Tampak Rex duduk disamping Ev yang terbaring dengan mata terpejam. Rex membelai pipi Ev berulang-ulang kali sambil menyanyikan semua lagu pengantar tidur. Merasakan kehadiran Litzi, Rex menoleh ke arah pintu dan perasaannya benar. Rex beranjak dan menghampiri Litzi yang berjalan mendekat.
"Litzi, kau harus istirahat," kata Rex dengan cemas.
Litzi menggeleng, "Aku baik-baik saja, suamiku. Aku kesini karena aku khawatir pada Ev. Puteri kita kenapa, Rex?"
Rex tersenyum dan mengecup kening Litzi. Dengan lembut ia mengatakan untuk membicarakannya di kamar mereka. Rex mengambil kotak putih itu dan melangkah pergi bersama sang istri meninggalkan Ev yang tidur. Ev tidur begitu tangisnya mereda. Setelah sampai di kamar, Rex membuat Litzi duduk di sofa senyaman mungkin. Rex duduk tepat di samping Litzi dan menunjukan kotak itu pada Litzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Reincarnation
Mystery / ThrillerEvgenia tidak bisa melihat orang-orang yang tidak bersalah terluka bahkan tewas. Gadis cantik itu harus menerima kenyataan bahwa ia terlahir berbeda. Evgenia inginkan kehidupan yang normal, tanpa merasakan rasanya menjadi reinkarnasi. Melihat banyak...