- The Past 22

30.4K 3.1K 226
                                    

Bel Air, Los Angeles.

      "Es fühlt sich so kaputt an, nicht wahr?" ucap Litzi dan mencengkeram leher Rex

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      "Es fühlt sich so kaputt an, nicht wahr?" ucap Litzi dan mencengkeram leher Rex.

*(Rasanya sangat hancur bukan)

Rex langsung mencekal lengan Litzi yang mencoba mencekiknya. Rex mengernyit dan menjauhkan tangan Litzi dari lehernya dengan kuat.

"Litzi," kata Rex.

Litzi menyurutkan senyumnya dan terus menatap Rex, kali ini menatapnya datar. Melihat kedua mata Litzi, Rex merasa berbeda. Rex duduk lebih mendekat lagi dan menangkup wajahnya.

"Bebe, can you hear me? Litzi." Rex mencoba membuat Litzi meresponnya.

Caryn memegang erat tangan Daevon. "What happen?"

"Dia bukan Litzi, Rex. Berhati-hatilah!" ucap Daevon.

Caryn mengernyit. "Maksudmu ... dia kerasukan?"

Litzi menggerakan tangannya lagi, berusaha memegang leher Rex. Namun Rex sekuatnya menahan pergerakan tangan Litzi.

"Du hast nur ein bisschen verloren. Du hast immer noch glück," gumam Litzi.

*(Kau baru kehilangan sedikit. Kau masih beruntung)

"Hey, Litzi! Baby, sadarlah!" Rex mengelus kepala istrinya.

"Apa yang dia katakan?" tanya Caryn, ia tidak mengerti bahasa Jerman. Bahkan membaca pikiran Litzi saja ia tidak bisa.

Litzi hendak beranjak. Rex sudah menahannya untuk tetap duduk, tapi Litzi bersikeras ingin pergi. Rex, Daevon, Caryn dan Santos tercengang melihat Litzi bisa berjalan. Santos berdiri di dekat pintu, mencegah Litzi keluar dari ruang kerja. Rex mengikuti Litzi. Beberapa kali Rex memanggilnya, tapi Litzi tidak merespon.

"Laluna!"

Seketika Litzi berhenti melangkahkan kakinya. Caryn dan Daevon berdiri dari sofa, Caryn menatap kedua kaki Litzi tidak percaya. Litzi bisa berdiri, tapi kakinya sedikit bergetar dan tangan kanan Litzi mengepal.

"Laluna Englberht?" Rex berjalan mendekat. "Jangan pakai tubuh istriku! Geh da raus!" katanya.

*(Keluar dari sana)

Litzi tersenyum. "Senang kau tahu namaku."

Rex memegang erat kedua pundak Litzi, ia menatapnya tajam. Sangat tajam dan dingin.

"Tolong, keluar dari tubuh istriku." Ada kemarahan dimata Rex, ia tidak terima tubuh lemah istrinya dipermainkan.

"Suara tangis kalian adalah musik kesukaanku. Ketika putri tertuamu bangun dan tahu adiknya tiada, kehancuran hatinya adalah penantianku. Aku akan memuja kehancuran hidupnya," gumam Litzi. Kali ini mengucapkannya menggunakan bahasa Inggris.

The Darkest ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang