Smolensk, Rusia.
Smolensk adalah sebuah kota di bagian barat Rusia yang terletak di sungai Dniepr. Kota ini pernah menjadi bagian dari Lituania sejak awal abad ke 15 hingga tahun 1514. Republik Lituania adalah sebuah Negara di Eropa bagian timur laut. Zilya Hemsey, perempuan berusia 18 tahun, salah satu penduduk dikota Smolensk. Mungkin menurut pandangan sebagian orang, tidak ada yang menarik dengan kehidupannya. Dia sederhana, tertutup dan suka menyendiri di dekat sungai Vazuza. Tapi mereka tidak tahu kalau darah bangsawan mengalir dalam tubuhnya.
Sore ini seperti biasa ia duduk di dekat sungai Vazuza. Ia menulis sesuatu dibuku diary yang ia pangku. Setelah membacanya ulang, ia menutup bukunya dan menatap ke sekitar sungai Vazuza. Sepi sekali, tidak ada sahabat atau teman dekat dalam hidup Zilya. Gadis itu meninggalkan kehidupan menyenangkannya di Jerman dua tahun yang lalu, sejak ia menemukan Ayahnya tewas bunuh diri. Dikota inilah Zilya Hemsey sangat berubah, hidup seakan-akan ia satu-satunya manusia dibumi.
Selama bermenit-menit Zilya merenung, ia pun beranjak meninggalkan sungai Vazuza saat langit mulai gelap. Sampai dirumah, Zilya masuk dengan wajah lesunya. Ia tinggal disalah satu rumah berlantai dua dikomplek perumahan.
"Zilya, dari mana saja kau baru pulang?" Suara seorang wanita menghentikan langkah kaki Zilya di ujung tangga.
Zilya menoleh dan menatap wanita yang sedang memasak didapur.
"Ada banyak hal yang harus aku pikirkan, Claire," kata Zilya dengan menekan nama Claire lalu menaiki tangga.
Claire terdiam, ia menatap punggung Zilya yang berlalu. Zilya sangat membencinya. Zilya berpikir Claire adalah perusak rumah tangga orangtuanya dan penyebab Ayahnya bunuh diri. Claire adalah istri kedua Ayahnya, mereka menikah pun tanpa diketahui istri pertamanya dan Zilya. Claire sudah pernah menjelaskan, tapi Zilya menutup keras hatinya.
Zilya tidak langsung ke kamarnya, ia menuju kamar yang berada diujung lorong. Ia melihat Ibunya, wanita paruhbaya yang terbaring dikasur dengan alat-alat medis yang menempel ditubuhnya. Zilya menaruh tasnya disofa dan duduk dikursi yang ada di sisi tempat tidur, ia menatap Ibunya dengan sedih. Orlenda Hemsey, wanita berdarah Jerman yang mengalami kecelakaan hebat dua bulan yang lalu hingga ia harus kehilangan satu kakinya. Mata Orlenda yang sebelumnya terpejam, perlahan terbuka dan menoleh ke arah Zilya.
"Hai, sayang," gumam Orlenda dengan tersenyum.
"Bagaimana keadaan Ibu? Ada yang sakit?" tanya Zilya.
Orlenda menggeleng, "Ibu baik-baik saja. Kak proshel tvoy den'?"
*(Kak proshel tvoy den' | Rusia : Bagaimana harimu)
"Tetap sama," jawab Zalya, "Tapi aku memikirkan banyak hal hari ini."
Orlenda diam, menanti kelanjutan ucapan putrinya.
"Aku masih tidak menyangka kalau aku... keturunan bangsawan," gumam Zilya dengan kening berkerut.
Orlenda tertawa pelan, "Ayahmu dulu juga seperti itu, saat dia masih seusiamu. Tidak percaya kalau mendiang nenekmu berdarah bangsawan."
Zilya sesaat diam saat Orlenda menyebut tentang Ayahnya. Kemudian Zilya melipat tangannya di depan dada.
"Yang lebih membuatku tidak menyangka adalah tentang keluarga Hemsey dan Englberht dizaman yang kuno itu," kata Zilya sedikit sarkas.
Orlenda tersenyum, "Itu benar-benar pernah terjadi, sayang."
Zilya diam dan menatap ke arah lain. Orlenda meminta Zalya mengulurkan tangannya, Zalya pun menurutinya. Orlenda menggenggam tangan kanan Zalya dengan kedua tangannya dengan erat, seperti menunjukan permohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Reincarnation
Mystère / ThrillerEvgenia tidak bisa melihat orang-orang yang tidak bersalah terluka bahkan tewas. Gadis cantik itu harus menerima kenyataan bahwa ia terlahir berbeda. Evgenia inginkan kehidupan yang normal, tanpa merasakan rasanya menjadi reinkarnasi. Melihat banyak...