01

13.2K 725 23
                                    

"Bu, Maya keliling-keliling dulu ya." izin ku pada Ibu yang sedang memasak.

"Ya ampun kak, kamu tuh sekali-sekali pulang ya bantu Ibu masak lah. Bukan malah keluyuran." protes adikku yang gantengnya nggak ketulungan tapi cerewetnya lebih nggak ketulungan lagi.

"Besok. Kakak kan baru libur, pengen liatin kampung dulu, udah lama nggak pulang." ujarku beralasan.

"Ck, ngakunya anak gadis, tapi yang masak masih Ibu aja." dengusnya membuatku kesal. Bawelnya minta ampun, padahal dari tadi ibu aja diem.

"Ck, iya-iya. Ribet kamu." kesalku mencebikkan bibir padanya.

Aku dengan pasrah berjalan ke dapur dan duduk bersama Ibu yang sedang mengulek sambel. Bibirku tak henti-henti menggerutu karena Ero si kurang asam. Ngapain juga dia repot ngurusin aku. Padahal kalo dia nggak tega lihat ibu masak, kan bisa dia bantuin juga.

"Kakak mau bantu?" tanya Ibu. Aku mengangguk pasrah.

"Itu tolong ikannya digoreng terus disambel. Cabenya udah Ibu ulek itu." perintah ibu.

"Iya Bu." anggukku.

Aku menggoreng ikan dengan sesekali memainkan ponsel saat menunggu. Tapi belum lama dengan ponsel kesayangan ku itu, sebuah suara menegurku.

"Kamu itu anak gadis bukan sih kak, masak kok pake hp." cibirnya. Siapa lagi kalau bukan Ero. Cuma dia manusia yang paling bisa bikin aku nggak tenang.

"Aku anak Ibu bukan anak gadis" ketusku membuatnya tertawa.

Aku mendengus kasar beberapa kali berusaha meredam kekesalanku yang semakin menjadi pada adek kurang ajar itu. Selalu aja protes dengan apa yang aku lakukan. Ini nih susahnya jadi cewek, apa-apa aja harus banyak yang dijaga karena bakalan banyak yang ribet ngomentarin kayak Ero.

"Berisik banget sih kamu. Sana nonton tv aja. Aurora mau masak dulu." kataku mengusirnya.

Selepas Ero pergi, aku malah di beri pertanyaan horor sama Ibu, "Belum ada calon juga kak?" tanyanya. Aku sedikit menyesal telah mengusir Ero. Lebih baik diomelin dia deh dari pada dilempar pertanyaan horor.

Aku menggaruk kepala karena bosan dengan pertanyaan yang Ibu sendiri pasti sudah tau jawabannya. Ya gimana ya jawabnya?

"Kamu mau nggak Ibu jodohin?" aku sontak menatap ibu terkejut atas pertanyaannya. Jodohin? What? Aku tuh tau semua kenalan ibu dan nggak ada yang masuk tipe aku. Tapi demi mengetahui siapa orang itu, aku memilih bertanya dulu. Siapa tau memang ada anaknya temen ibu yang ganteng.

"Sama?"

"Anaknya Tante Talita sama Om Yudis."

Biar aku jelasin dulu ya, anak Tante Talita itu ada 3 orang. Yang pertama namanya Yael, dan dia udah menikah. Ngga mungkin kan selingkuhannya Sehun dijadiin istri kedua. Apa kata dunia?

Terus, anaknya yang kedua itu namanya Wira, umurnya 25 tahun, seumuran sama adik aku, sahabatnya si Ero juga lagi. Ya kali aku sama berondong. Mau ditaro di mana muka aku yang cantik imut ini?

Nanti kalo udah nikah kan nggak lucu kalo dia manggil aku mbak. Ihh, ngebayanginnya aja aku geli.

Kalo nggak dia manggil aku mbak, berarti aku manggil dia abang gitu? Huek, yakali. Kan biasanya orang nikah nggak mungkin panggil-panggilan nama sama suaminya ya. Nggak sopan dong. Tapi-----arghhh udah ah. Masih ngebayangin doang, udah jauh banget.

Oke lanjut.
Terus anaknya yang ketiga itu namanya Revan, masih bau kencur banget, masih umur 19 tahun. Ya kali. Aku nggak segila itu kali, walaupun mukaku awet muda.

"Ihh Ibu, Yael kan udah nikah." protes ku menyampaikan uneg-uneg yang melekat di kepalaku membuat Ibu tertawa sambil mencubit lenganku.

"Ya siapa juga yang mau nikahin kamu sama Yael. Ibu mau jodohin kamu sama Wira dong, anak keduanya Tante Talita."

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang