46

4.2K 501 48
                                    

Meski sama-sama terluka, bukan berarti orang lain dapat memahami luka ku

***

"Aku mau pulang."

"Kak, udah dong. Bukan cuma kamu yang terluka di sini." desis Ero karena sedari semalam Maya diam, tak mau makan hingga mereka secara bergantian membujuknya dan kini tiba-tiba wanita itu ingin pulang.

"AKU MAU PULANG. APA SALAH AKU MINTA PULANG?"

Ero mengacak rambutnya kasar, "Dokter belum ngizinin kamu pulang."

"Tapi aku udah nggak butuh perawatan dokter, Ro. Yang sakit itu bukan badan aku tapi hati aku."

"Seenggaknya badan kamu juga butuh perawatan."

"Aku nggak butuh obat lagi Ro, please ngertiin aku. Aku mau pulang. Kalian nggak perlu nambahin biaya rumah sakit untuk tubuh aku yang bahkan ngga ngerasain sakit lagi."

Ero kemudian mengusap wajahnya kasar kemudian mengangguk "Ya udah, kamu boleh pulang, tapi kalo kepulangan kamu ke rumah malah bikin repot, aku nggak akan segan-segan masukin kamu ke rumah sakit selama sebulan."

"Terserah. Yang pasti aku mau pulang ke rumah aku."

"Tunggu aku telpon ibu supaya bawa baju ganti kamu."

"Tas kamu sini." titah Maya, Ero memberikan tasnya hingga Maya mengambil baju dan celana jeans Ero. Ero terbengong dan menggelengkan kepalanya ketika sadar akan kegilaan kakaknya yang tak ada sabarnya.

Ketika menunggu Maya berganti pakaian di kamar mandi, dua orang pria bertubuh tinggi masuk dan mendekati Ero, "Apa benar ini ruangan pasien istri Perwira Wira?"

Ero mengangguk, "Benar."

"Bisa kami bicara dengan pasien?"

Tepat setelah beberapa detik, Maya keluar dengan pakaian Ero yang serba kebesaran hanya saja ia mengikat kaus Ero hingga nampak lebih bagus dipakainya.

"Kak, ini ada orang mau ngomong sama kamu." ujar Ero. Maya menatap dua orang itu secara bergantian kemudian mendekati mereka.

"Bapak dua ini siapa ya?"

"Kamu dari kepolisian." ujar salah satunya menunjukkan identitas mereka, "Bisa kami menanyakan beberapa hal terkait perwira Wira?"

Maya tertegun dan meneguk ludahnya, untuk beberapa saat ia terdiam hingga Ero menyenggol lengannya "Bisa."

"Bisa kita bicara di tempat yang lebih tertutup?"

Maya mengangguk kemudian berjalan keluar ruangan setelah mengambil tas selempangnya diikuti Ero yang dengan cepat berbenah namun ia harus menemui dokter yang menangani kakaknya lebih dulu. Di tengah kepanikannya, Ero menghubungi keluarganya untuk memberitahukan perihal kepulangan Maya yang mendadak.

Maya ikut naik ke mobil ketika polisi tersebut mengarahkannya, "Pak, boleh introgasinya sekalian anterin saya ke rumah dinas dong."

Polisi tersebut hanya mengangguk dan segera melajukan mobilnya. Polisi yang duduk disamping rekannya yang sedang mengemudi menoleh ke arah Maya sambil sesekali menatap bukunya.

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang