Maya memainkan ponselnya sambil sesekali tangannya mengambil cemilan dan memakannya dalam diam. Wira sesekali melirik istrinya ketika jalanan agak lengang atau bahkan saat lampu merah seperti sekarang ini.
"Wir," panggil Maya namun matanya masih menatap ponsel.
"Apa?" sahut Wira sambil memasang musik untuk mengisi keheningan.
"Jangan pasang musik." ujar Maya.
"Kenapa?"
"Nanti aku nggak fokus baca."
"Baca apa?"
"Quotes-quotes lucu"
Wira akhirnya mengurungkan niatnya memasang musik dan kembali melakukan mobilnya ketika lampu lalu lintas sudah hijau, "Emang quotesnya apa?" tanyanya penasaran.
"Denger ya aku bacain, 'Kalo kamu kodein suami tapi dia nggak ngerti, itu bukan karena dia nggak peka, tapi karena dia sadar kalau kemauan kamu bakal ngerepotin', lucu kan?"
Wira melirik sebentar ke arah Maya sambil berpikir 'Ini dia nyindir atau emang baca quotes sih?' kemudian terkekeh renyah.
Maya menscroll lagi kemudian menepuk bahu Wira, "Dengerin lagi deh."
"Iya."
"Pas pendekatan aja ngomongnya 'aku rela menyeberangi satu pulau dua gunung untuk mendapatkan kamu, eh giliran udah nikah disuruh beliin minyak makan aja susah' padahal di samping rumah."
Wira kembali melirik Maya, "Aku ada salah sama kamu?" tanyanya tanpa basa-basi.
Maya kemudian menatap Wira, lalu menggelengkan kepala, "Enggak. Emang kenapa?" tanyanya bagai sosok tak berdosa dan paling polos di dunia.
"Aku ngerasa kamu lagi nyindir."
Maya mengerjapkan matanya kemudian menggeleng, "Kamu kan nggak gitu." ujarnya "Kamu tuh baik, kalau dikodein dikit langsung peka, disuruh beli minyak makan juga langsung gerak."
"Yang" ujar Wira. Ia benar-benar merasa Maya menyindirnya karena Wira tak pernah membeli apapun ke kedai atas permintaan Maya meski beberapa kali Maya menyuruhnya.
"Emh."
Wira berdecak kemudian menghela nafas kasar membuat Maya terkekeh dan menggelayut manja di lengan suaminya, "Enggak enggak, aku bukan sengaja nyindir kamu. Emang quotesnya lucu. Kayak relate aja gitu sama kehidupan kita." aku Maya.
"Turun. Jangan gelendotan aja. Udah nyampe."
Maya melihat sekitarnya, "Eh iya udah nyampe." kemudian keluar dan menunggu Wira juga keluar dari mobil. Setelah Wira mengunci mobil, Maya kemudian mendekati Wira dan berjalan di samping pria itu.
Wira memasukan kunci mobil ke kantong celananya kemudian meraih tangan kanan Maya dan menggenggamnya. Maya tersentak kaget kemudian melihat sekeliling mereka, "Ihhh malu tau, jalan gandengan gini." ujarnya dengan suara pelan.
"Kenapa malu? Kamu malu jalan sama suami kamu?" tanya Wira tak terima.
"Ya bukan, tapi entar orang ngiranya alay."
"Yaelah Yang, waktu kamu SMA aja gandengan sama Yael nggak malu." sindirnya "Ini kita udah nikah kali."
Maya terbelalak tak percaya sambil menatap Wira yang menatapnya sebentar, "Kamu kok tau?" tanyanya dengan suara yang cukup kuat.
"Biasa aja kali." desis Wira, "Tau lah. Orang kamu pacarannya lebay, kemana-mana gandengan mulu."
Maya kemudian menggelayut manja di lengan Wira, "Ya itukan dulu. Jangan bahas masa lalu dong. Aku juga kalo taunya jodoh sama kamu nggak bakalan deh aku dulu jadian sama Yael."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't be Trusted (END) [Revisi]
RomanceNikah sama adiknya mantan adalah hal yang paling nggak pernah terbayangkan dalam hidup Maya, apalagi usia Wira yang terpaut empat tahun lebih muda, tentu saja sebagai wanita, itu menjadi pertimbangan besar untuknya. Malu dong nikah sama berondong. C...