42

4.4K 522 42
                                    

Besok, Wira akan pergi untuk penyelidikan selama kurang lebih dua minggu. Jelas hal itu membuat Maya uring-uringan karena ia tidak akan punya teman tidur selama empat belas hari itu.

"Wir,"

Wira menoleh selagi menyusun bajunya ke dalam ransel besar, "Apa?" tanyanya.

"Jahat." desis Maya.

Wira menggelengkan kepalanya dengan tatapan heran, "Kamu sendiri juga jahat, suaminya mau pergi, bukannya nyusunin baju malah sibuk merajuk."

"Salah kamu, ngasi taunya dadakan."

"Dadakan apa? Aku ngasih taunya empat hari yang lalu. Udah sini susunin baju aku."

Maya mencebikkan bibirnya sambil berjalan menghampiri Wira dan menggantikan aktivitas bersusun pria itu. Wira terkekeh kemudian memeluk wanita itu dari belakang, menyusupkan kepalanya ke leher Maya.

"Kan udah beberapa kali juga ditinggalin." ujar Wira berusaha menenangkan.

"Ya kali ini beda, perasaan aku nggak enak."

"Kalo kamu takut sendiri, aku panggilin Erika mau?" tawar Wira.

"Ihh kok dia sih?"

"Ya jadi siapa? Emang kamu ada kenalan di sini yang bisa dimintain tolong?"

"Ya enggak, tapi kan nggak dia juga."

"Nggak apa-apa, dia anaknya baik kok. Lagipula kalo dia jahatin kamu, kan kamu bisa lawan. Orang kamu lebih jahat dari dia."

Maya langsung secara refleks menatap tajam Wira hingga Wira terkekeh dan mencium pipi istrinya itu dengan gemas.

"Jadi bener nih aku kalo butuh sesuatu, boleh ngerepotin dia?"

"Iya, dia sendiri yang bilang. Sebut aja namaku tiga kali kalo dia nggak mau."

"Nggak ada faedahnya Paimin." desis Maya, "Ini celana kamu, aku hitung dikit banget, padahal bajunya banyak."

"Gapapa, celana nggak usah sering ganti."

"Iss, kamu nih."

"Iya sayang, itu udah aturannya. Yang penting ganti baju."

Maya hanya menggelengkan kepalanya sambil meresleting tas Wira, "Sering-sering kabarin aku ya kalo bisa." Ujarnya.

"Aku nggak janji tapi bakal aku usahain selalu hubungin kamu sebisaku."

Maya memutar tubuhnya hingga kini posisinya berhadapan begitu dekat dengan Wira. Tangan lembutnya membelai wajah Wira, "Kamu harus janji untuk melindungi diri sendiri demi anak kita."

"Aku janji." ikrar Wira dengan yakin.

Drrrt drrrtt

"Hp kamu bunyi tuh, angkat gih." titah Wira.

"Siapa?" tanya Wira begitu Maya mengambil ponselnya dan langsung menatapnya.

"Mama."

"Sekarang anak mama jadi kamu ya, anaknya nggak pernah dihubungin lagi." desis Wira sambil berjalan mendekati wanita itu dan duduk bersama di atas tempat tidur mereka.

"Halo Ma."

"Halo May, gimana kabar kamu sama kandungannya?"

"Baik Ma."

"Nggak ada keluhan kan? Kalau ada langsung bilang aja sama Wira."

"Iya Ma."

" Wira di mana?"

"Di samping Maya Ma."

"Ngapain dia?"

"Lagi merenung Ma, besok mau dinas."

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang