43

4.4K 480 47
                                    


Maya memandang sinis Erika yang kini berdiri di sebelahnya, "Aneh banget rasanya ke kondangan bareng sesama jenis." dumelnya selagi mereka berjalan memasuki hotel di mana resepsi diadakan. Padahal biasanya Maya mendatangi kondangan bersama Ero karena tak ingin malu jika terlihat jomblo.

Erika balas menatap Maya dengan kesal, "Ini juga kalau bukan permintaan Wira, aku nggak akan mau." desisnya.

"Ya udah sana pergi, aku juga mau nemuin temen aku. Nggak usah jagain aku segala, aku masih bisa jaga diri."

"Aku ngga lagi jagain kamu, tapi jagain anaknya Wira. Kalo aja aku nggak cinta sama bapaknya, aku nggak akan mau jaga anaknya." desisnya terang-terangan membuat Maya ingin sekali menjambak rambut Erika jika saja ia tak ingat bahwa ia berada di acara bahagia temannya.

"May," Maya menoleh ketika melihat Puspita mendekatinya, tentu saja wanita itu bersama dengan gandengannya.

"Oh hai Pit, kamu udah nyalamin Gaby?"

"Udah. Kamu sama siapa? Adik?"

"Bukan. Sama babu." jawab Maya sambil melirik Erika. Dengan menahan sabar, Erika hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Erika, temennya suami Maya."

"Puspita." ujar Puspita memperkenalkan diri kemudian memperkenalkan suaminya pada Maya dan Erika.

"Aku kira kamu masih jomblo May, soalnya waktu reunian banyak yang bilang kamu males ikut karena nggak punya gandengan." ujar Puspita membuat Maya menggeram selagi Erika justru menahan tawa di sebelahnya.

"Suami nggak ganteng aja belagu." desis Maya pelan hingga Puspita dan suaminya kurang mendengar.

"Apa?"

Erika menyenggol pinggang Maya untuk menyadarkan wanita itu akan ucapannya yang bisa merusak suasana pesta.

"Kita nyalamin tuan rumah dulu ya." pamitnya kemudian meninggalkan dua orang itu.

Erika memukul bahu Maya hingga Maya meringis tak terima, "Apaan sih mukul-mukul?"

"Kamu tuh lagi hamil, mulut bocor. Kalo ngomong dijaga."

"Terserah aku dong."

"Terserah kamu kalo kamu lagi nggak hamil. Kalo orang dendam ke situ gara-gara omongan situ terus yang kena doa buruk anak situ gimana?"

Maya hanya diam karena merasa perkataan Erika ada benarnya, selama ini ia bahkan terus berbicara sesukanya tanpa mempertimbangkan lagi meskipun ia tau bahwa setiap perkataannya akan berdampak pada anaknya juga.

Wira juga sudah sering mengingatkannya untuk hati hati dalam bicara terkhusus jika ingin asal ceplos tapi ia tak menghiraukannya karena mengganggap tidak akan ada yang terjadi hanya karena ucapannya yang blak-blakan.

***

Setelah keduanya menyalam pemilik pesta, mereka langsung mendatangi wilayah jamuan yang menyediakan berbagai menu makanan.

"Aduh kaki ku pegel nih." ringis Maya sambil berusaha berdiri bersandar pada dinding.

Erika menoleh dengan sinis, "Kenapa?"

"Pegel." ujar Maya.

"Tadi juga udah aku bilang pake flatshoes aja, kementelan sih. Udah punya suami juga."

"Aku juga perlu nyari cadangan kalo kalo nanti kamu berhasil ngerebut suamiku." sindir Maya.

"Udah ayo ke sana, cari tempat duduk dulu." ajak Erika, "Pelan-pelan aja jalannya." peringatnya pada Maya sambil mendumel, "Ini siapa sih yang bikin tangga nggak pake tiang buat pegangan. Mana mau duduk aja harus naik, dikira panggung kali ya." desisnya.

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang