47

7.1K 438 60
                                    

Sudah hampir seminggu Maya menangis karena masih tak bisa menerima kehilangan dua orang sekaligus di waktu yang bersamaan, rasanya cobaan itu begitu berat untuk ia tangggung sendirian.

Bahkan untuk makan saja ia harus terus dibujuk oleh Selina karena selalu mengatakan dirinya tidak lapar. Hal itu jelas membuat Selina khawatir.

Seperti saat ini lagi-lagi wanita itu mengurung dirinya di kamar dengan keheningan dan menatap foto pernikahannya dengan Wira dan beberapa foto lainnya yang diabadikan dalam sebuah album.

Selina menatap Maya dengan kesal kemudian menarik album itu dari tangan Maya hingga Maya tersadar dan langsung menatap Selina dengan tatapan tak terima, “Kamu udah sejam lebih bolak-balik liat album ini. Mata kamu butuh istirahat, May.”

“Tapi cuma itu yang bisa ngobatin kerinduan aku, Sel. Cuma dari itu aku bisa liat kebersamaan aku sama Wira.”

Selina mendengus kasar, “Kalau ini memang jadi obat buat kamu, seharusnya kamu nggak bakal nangis terus-terusan karena liat buku ini.”

“Aku masih nggak percaya sama kenyataan ini Sel. Aku sama Wira bahkan belum ngisi setengah dari album itu tapi nyatanya kami malah ngga bisa ngisi halaman selanjutnya.”

“May, Wira itu masih hidup.”

“Kalau Wira masih hidup dia pasti bakalan ada di sini sama aku, menangis bersama karena kepergian anak kami, tapi nyatanya aku bahkan nggak tau dia ada dimana. Polisi aja nggak tau dia ada di mana dan bagaimana kabar dia sekarang. Aku nggak bisa menggantungkan harapan aku sama hal yang bahkan belum pasti.”

“Terus kamu bakalan dengan mudah putus asa dan menganggap kalau Wira udah nggak ada?”

“Aku takut berharap Sel.”

“Kalau mendengar kabar gini aja kamu udah bener-bener kayak orang mati, terus gimana cara aku ngasih tau kamu kabar buruk lainnya?” dengus Selina membuat Maya menatap wanita itu.

“Apa ada kabar buruk yang belum aku dengar? Bilang Sel, siapa tau itu bisa jadi alasan untuk aku bunuh diri?”

Selina memandang tak percaya kemudian memukul kepala Maya hingga wanita itu meringis kesakitan, “Sakit.” desisnya

“Aku cuma nyadarin kamu karena omongan kamu mulai nggak pake akal lagi.”

“Ya udalah, bilang apa kabar buruk selanjutnya?”

“Kamu pasti bakalan lebih drop dari ini setelah denger kabar ini.”

“Sel, nggak ada gunanya kamu menunda kabar buruk itu karena pada akhirnya aku bakalan tau dan siap-nggak siap aku bakalan nerima kabar itu.”

Selina menghembuskan nafasnya kasar kemudian meletakkan album pernikahan Maya dan Wira di atas tempat tidur, tepat di samping Maya. Lalu tangannya memegang kedua bahu wanita itu, “Karena keguguran yang kamu alami, kemungkinan kamu untuk hamil itu sangat kecil.”

Maya terkekeh dan itu membuat Selina semakin khawatir kalau sahabatnya itu akan gila karena terus-terusan mendengar kabar buruk, “Aku rasa Tuhan udah nggak sayang lagi sama aku sampe cobaan aku seberat ini.”

“May, jangan ngomong begitu.”

Maya terkekeh lagi, “Jadi aku harus ngomong makasih ya Tuhan atas semua kabar buruk yang aku alami, gitu.”

***

Selina membuka pintu rumah dinas Wira begitu mendengar suara ketukan yang cukup kuat, ia melihat Daniel dengan tak bersemangat kemudian mempersilahkan pria itu untuk masuk dengan beberapa kantong plastik yang ia bawa di tangannya, “Nih makan.” ujar pria itu.

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang