Aku tersenyum sambil memandang Wira yang sedang memilih ikan teri, namun bukan itu yang membuatku tersenyum, tapi tangannya yang menggenggam tanganku ketika memilih.
Ia menatapku ketika sudah menentukan pilihannya, "Ini ya, Yang." ujarnya membuatku terkekeh sambil mengangguk.
Rasanya masih aneh mendengar dia memanggilku 'Yang' sejak pagi tadi.
*Flashback on*
Pagi ini aku sengaja bangun lebih cepat karena merasa badanku sudah lebih enakan dibanding semalam. Dan karena aku bangun lebih dulu, maka aku pun memilih berkutat di dapur sebisaku.
Jujur, aku nggak tau buat apa-apa selain nyambel sama numis. Dan karena minimnya pengetahuanku soal memasak, aku memutuskan untuk menyambel telur dan numis terong telunjuk yang ada di kulkas.
"Pagi."
Aku menoleh ke belakang ketika mendengar sapaan pagi dari pujaan hati..eakkk.
"Pagi juga. Kamu udah dari tadi bangunnya?" tanyaku karena melihat ia sudah berkeringat, juga kaosnya yang basah.
"Udah lumayan." jawabnya singkat.
"Olahraga kemana?"
"Keliling di daerah sini aja."
Aku mengangguk kemudian membiarkan dia mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.
Ia menghampiriku sambil meneguk minumnya."Emang tau masak?" tanyanya
"Sepele." ujarku sombong.
"Aku takutnya nggak ada yang sanggup makan kalo kamu yang masak."
"Ehhh, kurang ajar banget."
Ia terkekeh sambil mengacak rambutku dengan gemas. Aku menepis tangannya, "Awas, ihhh pegang-pegang kepala. Nggak sopan." tegurku.
Ia malah terkekeh semakin menjadi, "Jadi mau aku yang sopan ke kamu? Mentang-mentang tua gitu." ujarnya.
Aku menggertakkan gigi mendengarnya membawa-bawa umur yang pembahasannya itu sangat sensitif.
"Ihhh, apaan sih."
"Iya, maaf mbak." katanya semakin meledek. Sumpah. Aku malu. Banget.
"Wira"
"Apa Sayang?"
Aku membelalak "Ihh, apaan sih."
"Apa?" tanyanya "Jadi kamu lebih suka dipanggil mbak sama calon suami?"
Aku membelalak.
Ya kali aku lebih suka di panggil mbak sama calon sendiri.
"Enggaklah."
"Yaudah, kan nggak salah aku manggil Sayang ke kamu."
"Aneh dengernya."
"Oh, jadi kalo aku manggil mbak itu nggak aneh? Yaudah aku manggil mbak aja."
"Wiraaaa." teriakku tak terima.
"Suuustt, Selina masih tidur." tegurnya.
"Abis kamu sih."
"Yaudah sih, manggil Sayang aja apasih salahnya."
Pada akhirnya aku memilih mengalah dan sejak tadi ia memanggilku Sayang bahkan di depan Selina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't be Trusted (END) [Revisi]
RomanceNikah sama adiknya mantan adalah hal yang paling nggak pernah terbayangkan dalam hidup Maya, apalagi usia Wira yang terpaut empat tahun lebih muda, tentu saja sebagai wanita, itu menjadi pertimbangan besar untuknya. Malu dong nikah sama berondong. C...