04

6.6K 627 14
                                    

"Malu kali kak bangunnya kesiangan. Yang masak malah jadi tamu."

Karena masih setengah sadar, aku tak terlalu menanggapi ucapan Ero. Aku memasuki kamar mandi untuk membasuh wajah dan sikat gigi.

Setelah selesai, aku agak kaget ketika keluar melihat Disha-pacarnya Ero ada di dapur bersama ibu dan Selina. Mereka tampak sibuk melakukan pekerjaannya masing-masing. Aku lalu terkekeh canggung sambil mendekati mereka. Ini sih beneran aku nggak tau malu ya.

"Kapan datang Dish?" tanyaku mencoba jadi calon ipar yang ramah tamah.

"Baru aja kak."

"Kamu ini bikin ibu malu aja, punya anak gadis tapi molor mulu. Liat nih, tamunya jadi pada masak." keluh ibu. Aku mengerucutkan bibir merasa di pojokkan.

"Lebay ah ibu, nggak apa-apa kali Disha sama Selina yang masak. Kan sekali-sekali."

"Biar kamu enak-enak gitu di kamar." ketus ibu.

Aku berdecak "Iya-iya, ini mau buat apa biar Maya tau mau bantu apa." kataku akhirnya ikut duduk bersama mereka yang sedang mengupas kentang dan mengulek cabe. Sedangkan Selin sedang menggongseng kelapa.

"Udah, nggak usah. Kamu beli gas aja sana." usir ibu. Tega.

"Ayok Ro." ajakku sambil berteriak pada adikku itu.

"Aku mau kerja tau." balasnya berteriak.

"Terus aku pergi sama siapa?" keluhku pada ibu.

"Jalan atau enggak naik motor sana."

"Ah, jauh bu. Maya kan nggak tau bawa motor." aku mengingatkan ibu, siapa tau lupa.

"Sama Dave aja sana." usul Selina.

Aku mengangkat sinis sebelah bibirku sambil menatap Selin dengan picik, "Situ yakin sama saya? Nggak takut pacarnya saya tikung?"

Ia memberi tatapan lebih sinis padaku "Udah sana pergi, nggak usah perasaan sok cantik sampe bisa gebet Dave dari aku." katanya.

"Yaudah, nggak tanggung jawab ya kalau pulangnya kita udah gandengan."

"Maya" tegur ibu. Aku meninggalkan dapur sambil tersenyum licik menakut-nakuti Selin.

***

Aku meletakkan gas kosong di tengah kami, aku dan kamu--eh maksudnya Dave. Dia melajukan motor sangat lambat, katanya nggak biasa bawa motor yg pake gigik.

Sedikit cerita ya, Dave ini guru juga, tapi beda sekolah sama aku dan Selina ngajar. Mereka bisa ketemu sampe jadian itu karena seringnya ada seminar para guru dari yayasan yang sama. Dan tepatnya yayasan tempat Dave mengajar sama dengan kami. Nah dari situlah awal mulanya kisah cinta mereka.

"May, kamu belum punya pacar ya?" Dave dengan santai menanyakan hal yang paling sensitif untuk mahluk jomblo sepertiku.

"Jangan bilang kamu mau ngajak aku selingkuh?" tudingku.

Ia terkekeh geli mendengar kalimat ku, pasti dia merasa urat maluku udah putus, "Pantes aja kamu nggak punya pacar" katanya.

Kurang ajar. Apa tuh maksudnya begitu?

"Elehhh, kamu sengajakan mengalihkan pembicaraan, bilang aja kamu mau ngajak aku selingkuh." ketusku "Tapi maaf ya, aku lebih sayang persahabatan aku. Aku nggak mau menjalin hubungan dengan cowok yang meninggalkan ceweknya, karena sewaktu-waktu dia akan ninggalin aku juga."

Ia lagi-lagi tertawa, kali ini tawanya lebih sarat akan nada menggelikan, "Hidupmu penuh drama banget ya May. Aku cuma nanya kamu udah punya pacar atau belum tapi kamu ngiranya pertanyaan itu malah ke yang lain-lain."

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang