23

4.9K 503 25
                                    

Author POV

Wira memasuki kediaman calon mertuanya ketika Ero membukakan pintu untuknya. Ia mengernyit melihat rumah yang tampak sepi.

"Yang lain kemana, Ro?" tanyanya.

Ero mendelik sinis menatap Wira, "Kalo nyariin Maya, telpon aja. Ibu sama bapak lagi pulang kampung."

"Yaelah Ro, kalau bisa nelpon juga, udah aku tanyain sendiri. Masalahnya dia ngambek gara-gara aku nggak datang minggu lalu." jelasku.

Ero menghela nafas kasar, "Kalian ini kepada sih? Kalau mau berantem, sana langsung aja jangan jadiin aku perantara." kesal sendiri rasanya karena tadi kakaknya memintanya untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada Wira. Sekarang Wira pulang yang meminta padanya.

"Ayo dong Ro, kasih tau." pinta Ero

"Kasih tau biji kepalamu. Lagian kalian kan mau nikah, kenapa sih masih sempet ngambek-ngambekan. Mending ngurusin persiapan nikah." gerutu Ero sambil menonton televisi.

Wira tersenyum masam mendengar nasehat Ero. Ia juga maunya begitu, membantu persiapan pernikahannya tapi kalau Maya saja ngambek padanya, ia tidak akan merasa tenang. Untuk memperlancar persiapan nikahnya, tentu saja, ia harus mengamankan hati mempelai wanita dulu.

Dengan lemah, tapi Wira duduk di samping Ero, rasanya ia masih lelah setelah mengemudikan mobilnya selama dua jam apalagi sekarang kantuk juga mendera matanya. Kesibukannya akhir-akhir ini juga sangat banyak.

Ero menoleh ke sampingnya sambil menggelengkan kepala, "Nih bocah gampang banget sih tidur." cibir Ero.

Karena melihat posisi Wira yang duduk sambil tertidur akan membuat kepalanya sakit maka Ero berdiri kemudian dengan jari telunjuknya ia mendorong tubuh Wira agar berbaring di sofa. Tidak tega juga melihat sahabatnya yang kihatan lelah itu, tidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman.

Ero kemudian menghampiri kamar kakaknya lantas masuk begitu saja, "Tuh Wira di depan. Manja banget sih pake ngambek-ngambekan. Sadar umur lah kak."

Maya menarik rambut Ero karena gemas mendengar kata umur apalagi kalau di depannya ada kata 'Sadar'.

"Ro, jangan bahas umur bisa. Aku tau aku udah tua tapi tolong jangan diingetin lagi, nanti aku minder nikahnya sama Wira."

"Inikan karena kakak ngambek. Sana gih, kasian Wira udah jauh-jauh nyetir dari Pekanbaru tapi malah dicuekin."

"Ya abisnya dia janji mau datang minggu lalu tapi malah nggak jadi."

"Tanya dong alasannya, kakak kan tau Wira itu polisi, jadi waktu dia bukan sepenuhnya waktu dia."

Maya mendengus kasar kemudian mendorong tubuh Ero keluar kamar, "Ah, udah deh sana, kamu bikin kakak pusing."

***

Wira mengerjapkan matanya sambil menguap beberapa kali karena masih merasakan kantuk mendera. Ia duduk kemudian merentangkan tubuhnya sesekali menggaruk bagian tertentu.

Ia terkejut melihat jam yang sudah menunjukkan angka delapan, yang artinya ia sudah tidur di sofa selama tiga jam sejak kedatangannya ke rumah calon mertua. Dan selama itu pula, ia tidak merasa ada yang mengganggu.

Wira melihat ke sekelilingnya karena merasakan sepi, namun telinganya  mendengar bunyi peralatan dapur yang mengundangnya melihat siapa gerangan orang yang sedang berkutat membuat masakan.

Dengan langkah pelan, Wira mendekati Maya, orang yang sedang berkutat dengan masakannya. Ia menyentuh bahu maya hingga membuat Maya terkejut dan mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Eh monyet."

Wira terkekeh mendengar reaksi Maya yang menurutnya sangat menggemaskan namun kekehannya terpaksa berhenti karena tatapan Maya yang begitu tajam padanya seolah hendak membunuhnya lewat mata melotot itu.

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang