11

5.8K 504 7
                                    


***
Happy Reading
***

Aku merentangkan tanganku sambil menguap dengan mata menatap lemari di samping tempat tidurku. Ah rupanya sudah jam setengah enam.

Aku mengikat rambutku asal sambil berjalan menuju dapur dimana si Selina sedang bereksperimen dengan masakannya. Entah apa yang ia masak untuk hari ini, tapi yang pasti aku selalu menikmati masakannya.

"Tumben cepet bangun." sindirnya.

Iya, aku aja heran bangun jam tengah enam, biasanya aku bangun jam enam paling cepet. Ah, mungkin ini karena perutku yang lapar sebab tadi malam aku tidak makan.

Aku mengambil nasi dari pemasak dan menaruhnya ke atas piring sebanyak yang kuinginkan kemudian meletakan piring di atas meja, salah satu kebiasaanku.

Kebiasaan ku adalah mendinginkan nasi sebelum dimakan.
Aku tuh orangnya paling nggak bisa makan yang panas-panas.

Selina ngeletakin sambel telur dan tumis kangkung di atas meja sambil menatapku, "Kapan sih kamu berubah, May. Kalo gini caranya, makan apa kamu nanti sama suamimu. Pasti suamimu berangkat kerja tanpa sarapan kalo kamu aja bangunnya jam segini." omelannya lebih dulu menjadi sarapan pagi ku.

Dia itu sama aja sama ibu, kalo ngomel pasti ngarah ke rumah tangga lah, suami lah. Ah pokoknya dia itu copy-annya ibu. Kalo ngeliat kebiasaan buruk ku pasti ngomel.

"Kamu bener-bener mau buat suami kamu kelaperan nantinya pas udah nikah sama kamu?"

Nih, anak emang ya.

"Nanti jiwa ke-istriannya muncul sendiri Sel, semuanya nggak bisa dipaksain gitu aja." Dan setiap kali Selina ngomel kek tadi, jawabanku selalu sama kayak barusan.

"Iya, memang zaman sekarang itu hasil bisa muncul tanpa usaha." sarkasnya kemudian melahap sarapannya dengan hening.

"Sel, kayaknya aku mau kasih surat pengunduran diri deh."

"Apaan sih, becandanya nggak lucu. Udah sana siap-siap." usirnya karena mengira aku bercanda.

"Aku serius Sel." aku berusaha meyakinkannya.

"Dalam rangka apa?" tanyanya menaikan nada suara. kayak mau nyanyi aja.

"Aku mau nikah."

Selina tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja makan sebagai pelampiasan, "Orang gila mana yang mau samamu?" katanya meledek.

Kurang ajar nih kutu.

Jadi dia bilang Wira gila. Dia nggak tau aja berondongku itu romantis banget.

Aku mengetuk gelasku yang sudah kosong ke kepalanya tanpa kasihan sampai ia meringis. Itu balasan karena dia selalu ngeledek aku nggak laku.

"Sakit tau." keluhnya.

"Nggak tau," balasku. Ya kali aku bisa tau sakit kepalanya. "Mangkanya jangan kebiasaan ngeledekin aku." desisku

Ia masih mengusap kepalanya, "Ya kan emang kenyataan, gimana sih?" keselnya kemudian menyusun piringnya ke ember kotor "Aku mau mandi duluan, nanti lagi kita ngomongnya." katanya kemudian memasuki kamar mandi.

***

"Mandi May." teriak Selina setelah selesai mandi dari pintu kamarku. Aku kemudian menuju kamar mandi sambil membawa handuk.

Aku memikirkan kata-kata ku ketika mengatakan pada Selina bahwa aku mau ngajuin surat pengunduran diri. Entah itu benar atau tidak. Aku sendiri masih bimbang dengan keputusan yang akan ku ambil.

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang