"Ihh, apaan sih?" gerutu Maya dalam tidurnya karena merasa terganggu dengan tangan yang mengusiknya.
Wira terkekeh namun terus menyolek pinggang Maya hingga membuat wanita itu berulang kali menepis tangannya.
"Aku masih ngantuk, jangan ganggu." keluh Maya berusaha menahan kekesalannya. Namun Wira tetap saja melanjutkan aktivitas yang menurutnya sangat menyenangkan.
Maya membuka matanya dan langsung memukul Wira dengan guling berulang kali, "KALAU AKU BILANG JANGAN GANGGU YA JANGAN GANGGU." bentaknya kesal.
Wira tertawa senang melihat kemarahan Maya, dengan segera ia memeluk wanita itu dari belakang setelah Maya kembali berbaring berniat melanjutkan tidurnya.
"Sayang, olahraga pagi yuk."
"Gak mau, males."
"Ayo dong sayang. Nanti kamu gendut."
"Nggak mau ihhh, males tau. Masih gelap juga."
"Ya iya lah sayang, kalo matahari udah naik mah waktunya jemur kain."
"Kalo gelap waktunya tidur tau." desis Maya.
Wira mencium leher Maya berulang kali dengan senyum miringnya, "Atau kamu maunya olahraga ranjang aja?" godanya. Tuhkan mesum lagi.
Maya menghela nafas kasar kemudian menyingkirkan tangan Wira serta selimut yang membungkus tubuhnya lantas berdiri dari ranjang menuju ke kamar mandi. Wira tersenyum puas menatap langkah istrinya yang keluar kamar.
***
Maya berulang kali menggerutu karena udara dingin dan hari yang masih gelap sebab sekarang jam masih menunjukkan angka lima lewat sepuluh menit. Meski begitu, sama sekali tidak mengurung niat Wira untuk terus berlari sambil menggandeng tangan istrinya itu.
"Mau lari ke perumahan aja pun." dengusnya.
Wira terkekeh, "Ini ke perumahan aja kamu udah berisik kayak gini apalagi kalo tadi aku bawa ke hutan kota."
"Dingin tau."
"Tau sayang. Udah ah jangan bawel, lari aja. Siapa suruh kamu pilih olahraga pagi, padahal aku kasih opsi olahraga ranjang."
"Yaudah awas nggak usah pegang-pegang." Desis Maya.
"Nanti kalo nggak aku pegang, kamu ketinggalan lagi."
"Enak aja, gini gini juga aku lincah larinya. Udah cepetan duluan." suruh Maya.
Setelah dua puluh menit, Maya kewalahan sendiri mengejar langkah Wira. Wira berlari di tempat sambil memperhatikan istrinya yang sudah ngos-ngosan, ia terkekeh melihat istrinya yang melambaikan tangan untuk menyuruhnya menghampiri wanita itu.
Saat Wira ingin menghampiri Maya, ia ditegur oleh dua orang pria yang juga sedang berlari, "Bro, udah lari aja." ujar Wilkis.
"Ah iya bro, kalau di rumah terus bawaannya mau mesum." ujar Wira.
"Sialan, nyindir yang belum kawin aja." cibir Juna, pria yang satu lagi.
"Tau nih mentang-mentang udah nikah, mau mesum mah enak."
"Ya udah kalau mau mesum sana nikah." goda Wira.
"Mana binimu?" tanya Juna.
Belum sempat Wira menjawab, Maya sudah nyelonong lebih dulu sambil mengulurkan tangannya, "Maya." ujarnya dengan suara lembut, senyum manis dan tatapan genit.
"Juna." Juna lebih dulu membalas uluran tangan Maya.
"Wilkis. Kamu jomblo?" ujar Wilkis kemudian, setelah Juna melepas tangannya dari tangan Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't be Trusted (END) [Revisi]
RomanceNikah sama adiknya mantan adalah hal yang paling nggak pernah terbayangkan dalam hidup Maya, apalagi usia Wira yang terpaut empat tahun lebih muda, tentu saja sebagai wanita, itu menjadi pertimbangan besar untuknya. Malu dong nikah sama berondong. C...