***
Happy Reading Guys
***Malam ini, tepat seperti yang direncanakan. Wira dan orangtuanya datang membawa beberapa bingkisan. Senyum tak juga luntur dari wajah Wira sejak mereka hendak berangkat ke rumah Maya. Hari yang mendebarkan baginya tapi ia memang menunggu-nunggu datangnya hari ini.
"Udah kali senyumnya." tegur papanya, Yudis.
Talita tersenyum dan menepuk pundak putra keduanya, "Segitu bahagianya?" tanyanya menggoda. Melihat senyum tak biasa dari anaknya membuatnya ikut senang.
Wira menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk, "Gugup juga." katanya jujur.
"Takut ditolak?" tanya Yudis.
"Kemarin sedikit ada masalah sama Maya." jawabnya jujur sebelum akhirnya pintu terbuka. Mereka disambut hangat oleh orangtua Maya.
"Duduk mbak, mas, Wir." persilahkan ibu Maya pada mereka.
"Oh iya, Mar, nggak usah repot-repot."
"Nggak apa-apa mbak."
Maya keluar dari kamarnya dan menghampiri keluarga Wira sambil tersenyum sopan, "Selamat malam Om, tante." sapanya dengan malu.
"Malam, May. Udah siap jadi menantu om sama tante?" tanya Yudis.
"Belum tau, Om. Kan pilihannya ada nerima sama nolak, Om." jawab Maya membuat Wira menatap wanita itu khawatir.
"Kamu rencananya mau nolak Wira ya?" pancing Yudis.
"Iya Om, abisnya ngeselin."
Wira terkekeh geli memandang Maya yang sangat sinis menatapnya, "Yang, kamu beneran marah? Aku cuma bercanda loh padahal."
"Becandaan kamu nggak lucu." kesal Maya.
"Emang becandaan Wira apa?" tanya Yudis.
"Jadi semalam itu A-------" Maya sudah lebih dulu membungkam Wira dengan tangannya.
"Iya-iya, ku maafin. Udah nggak usah dibahas lagi." pasrahnya, memilih memaafkan Wira dibandingkan calon mertuanya harus mendengar lelucon pria itu tentang umur. Kan bisa malu atuhhh.
"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul di sini. Kami sebagai orangtua Wira datang bersama anak kami ingin menghaturkan niat baik melamar putri pak Martin dan bu Martha yaitu Maya."
***
Setelah acara lamaran singkat dan pertunangan di depan kedua belah pihak, Wira dan Maya terpaksa kembali sore ini karena besok harus kembali bekerja. Keputusannya adalah mereka menikah tiga bulan lagi.
Dan ya, saat ini keduanya sedang berada di mobil. Berdua sambil ditemani musik yang terputar dengan volume yang tak begitu mengganggu.
"May," seru Wira.
"Emh,"
"Kenapa akhirnya kamu mutusin mau dekat sama aku?"
"Karena nggak ada pilihan lain" ujar Maya santai.
Wira berdecak, "Kurang ajar, jadi maksud kamu, aku pilihan terakhir."
Maya terkekeh, "Bukannya bagus ya kalo kamu pilihan terakhir?"
"Yg kamu maksud pilihan terakhir di sini karena kamu udah nggak punya pilihan." tekan Wira.
Maya tertawa kemudian mengusap lengan Wira dengan lembut, ia menyandarkan kepalanya di bahu pria itu, "Aku bersyukur kamu datang sebagai pilihan."
"Kamu masih sulit percaya?"
Maya mengangguk lemah, "Maaf" ujarnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't be Trusted (END) [Revisi]
RomanceNikah sama adiknya mantan adalah hal yang paling nggak pernah terbayangkan dalam hidup Maya, apalagi usia Wira yang terpaut empat tahun lebih muda, tentu saja sebagai wanita, itu menjadi pertimbangan besar untuknya. Malu dong nikah sama berondong. C...