***
Happy Reading Guys.***
Aku menggeliat dan menguap lebar ketika mendengar suara ketukan pintu yang agak kuat dari luar. Secara perlahan aku membuka mata kemudian duduk dengan sempoyongan. Aku menggaruk kepala dan beberapa bagian yang terasa gatal.
Setengah sadar, aku melihat jam kamar, dan aku terkejut ketika melihat kamar ini lain dari kamarku yang di Dumai maupun di rumah ibu.
Namun untuk beberapa saat akhirnya aku sadar kalau aku berada di tempat Wira. Ini rumah asramanya Wira.
Pasti yang ngetok pintu Wira.
Dengan cepat aku memeriksa segala hal yang bisa merusak image-ku di depan Wira. Aku berdiri di depan cermin lemarinya dan sangat terkejut melihat ada bekas iler di pipiku. Iyuww.
"Aihhhh," desisku.
Udah tuir aja masih suka buat pulau May.
"BENTAR." teriakku pada Wira. Aku sangat yakin bahwa itu Wira meski belum mengintip lewat pintu atau jendela.
Maka dengan waktu terbatas, aku berusaha merapikan diri yang sangat iyuw ini. Aku nggak mau dia jadi ilfeel sama aku. Baru juga pedekatean, masa udah bikin ingetan buruk buat dia aja.
Bisa-bisa si Wira batal nikahin aku nanti.
Aku segera mencuci muka dan menyikat gigi secepat mungkin. Kemudian mengeringkan dengan handuk lalu memoles sedikit bedak namun tetap terlihat natural. Tak lupa aku juga memakai lipstik sangat tipis di bibirku, kemudian memberi beberapa semprot parfum yang wanginya tak terlalu menyengat.
***
Tok-tok-tok
Lagi-lagi pintu diketuk dari luar. Aku menarik nafas secara teratur agar tidak terlalu ngos-ngosan, kemudian membuka pintu dengan perlahan.
"Ya ampun May, kamu baru bangun ya?" tanyanya sambil melepas sepatu.
Aku terkekeh karena tak tau harus jawab apa. Malu lah anak gadis bangun kesiangan, itu yang selalu ibu katakan kepadaku. Dan sekarang aku benar-benar merasakannya.
Anak gadis macam apa aku ini??
"Kamu pake parfum?" tanyanya saat melewatiku yang berdiri di pintu.
Aku terkekeh lagi "Iya biar nggak bau." ujarku jujur karena kalo bohong lebih malu lagi.
Aku kemudian menundukkan wajah saat Wira mengamatiku lebih dekat dan semakin dekat. Jangan sampe dia tau aku pake bedak sama lipstik.
"Kamu juga pakai bedak sama lipstik?" tanyanya.
Ck, kok tau sih. Pura-pura ngga tau kenapa sih Wir, biar aku nggak malu.
"Ahh, Wiraaa. Kamu pura-pura nggak tau aja kenapa sih." aku menutup wajahku dengan malu.
"Aku malu tau kalo keliatan jelek depan kamu." ujarku sambil menggigit bibir, berusaha menahan malu. Pengen nyebur ke laut.
Wira terkekeh agak lama sambil memandangi wajahku. Dari sela-sela jariku, aku melihat ia mengusap wajahnya dengan geli. Aku jadi semakin ragu untuk membuka tanganku.
"Ya ampun, pantes aja buka pintunya lama." katanya. Aku hanya diam.
"Kamu nggak perlu lakuin itu tau nggak. Toh, nanti juga kalau kita nikah aku bakal tau baik buruknya kamu." tambahnya.
Iya juga sih.
Tapikan ini aksi jaga-jaga biar kamu nggak kabur Wira, sampe kita bener-bener nikah.
Aku secara perlahan menurunkan kedua tanganku, menatap ke arah lain asal tidak Wira. Dia masih menatapku lekat hingga mampu membuatku salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't be Trusted (END) [Revisi]
RomanceNikah sama adiknya mantan adalah hal yang paling nggak pernah terbayangkan dalam hidup Maya, apalagi usia Wira yang terpaut empat tahun lebih muda, tentu saja sebagai wanita, itu menjadi pertimbangan besar untuknya. Malu dong nikah sama berondong. C...