24

5.1K 544 36
                                    

Author POV

Ero menggeram kesal dan terus menggerutu sejak pagi sampai ia pulang sore ini. Sesampainya di rumah ia justru makin kesal melihat kakaknya yang menyalakan televisi namun pikirannya melayang-layang entah kemana. Bahkan suara pintu yang ia buka begitu kuat saja tidak mengganggu lamunan wanita itu.

"Heh, kakak sebenarnya kenapa sih sama Wira?" tanyanya sambil melemparkan ponselnya kepada wanita itu. Untuk pertama kalinya, ia benci memegang ponselnya sendiri.

Maya terkejut memandang Ero, "Eh, udah pulang?" tanyanya heran, kapan Ero masuk.

Ero menatap sinis, "Apa mesti ku jawab pertanyaan bodoh kayak gitu?" judesnya.

Maya kemudian melihat ponsel Ero yang menyala menunjukkan spam chat dari nama kontak Berondong kakakku.

Ro, Maya udah makan
belum?

Sekarang dia lagi ngapain??

Kira-kira kalau besok
aku balik, dia masih
marah nggak ya??

Kalau dia marah,
bujuknya gimana??

Dia marah emang
lama terus ya??

Dia masih belajar masak
sama mama nggak?

Ro, bales dong.

Maya mengernyit bingung, "Ini nomor siapa? Kok nanyain aku terus?" tanyanya masih kurang fokus.

"Kak, jangan bego deh. Itu nomor Wira lah. Siapa coba yang iseng ngepoin kakak selain Wira." melihat kakaknya hanya diam saja membuat Ero menggeleng kemudian duduk di samping Maya.

"Sekarang gini, sebenarnya kakak sama Wira ada masalah apaan sih? Bisa nggak sih diselesain baik-baik. Kalo nggak bisa, yaudah batal nikah aja. Soalnya kalo kalian marahan gini, aku yang dapet musibah."

"Wira nggak chat aku."

"Dia takut kakak makin marah dan ngomong ngelantur, katanya."

"Dia beneran ngomong gitu?" tanya Maya tak percaya.

"Iya. Makanya chat dia gih."

Maya berpikir sejenak kemudian kembali menatap Ero, "Ro, aku---"

Ero mendengus, "Apaan? Malu? Gengsi?" Maya mengangguk kecil.

"Ini nih sebenarnya alasan aku nggak ngasih Wira deketin kakak selama ini. Kakak masih kekanakan."

Maya tiba-tiba memeluk Ero dan menangis begitu saja membuat Ero kelabakan dan tak tau harus berbuat apa. Bahkan ia sama sekali tidak menduga kalau kakaknya akan secengeng itu.

"Apa aku se-kekanakan itu?" tanya Maya dengan suara bergetar.

Ero mengusap wajahnya kasar, "Iya. Kakak masih kekanakan banget. Gampang marah, cemburu, terus nethink. Makanya aku pengennya kakak kemaren dapat calon suami yang lebih dewasa kayak bang Yael."

"Wira juga dewasa." ujarku membela Wira.

Ero mengangguk, "Aku nggak bilang Wira itu nggak dewasa, tapi kalau kakak sama yang lebih tua, ada kemungkinan kalau mereka lebih sabar dan pengertian menghadapi kakak."

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang