20

5.5K 495 7
                                    

Aku menunggu Wira hampir satu jam di cafe tempatku baru saja mengadakan perpisahan dengan rekan kerjaku karena hari ini tepat sebulan setelah surat pengunduran diriku hingga aku resmi sudah tidak mengajar lagi dari sekolah itu.

Tadinya Selina mengajakku pulang bersama namun ku tolak dengan alasan Wira akan menjemput ku. Maka dengan penuh pengertian, Selina langsung pergi sambil berpesan untuk bersenang-senang.

Tapi kalau begini, dimana letak senang-senangnya. Aku bahkan sedari tadi sudah mengomel tak jelas tentang keterlambatan pria itu. Tadinya aku berusaha memaklumi jika mungkin Wira ada urusan mendadak, tapi karena lelah aku merasa emosiku lebih sulit di kendalikan ditambah lagi ini hari pertamaku datang bulan dalam bulan ini.

Drtt

Aku segera membuka ponselku yang bergetar menandakan ada pesan masuk yang ku harap dari Wira. Dan benar saja, itu pesan darinya.

My police

Sayang, aku udah di parkiran cafe, kamu ke sini ya.

Aku semakin kesal karena Wira malah menyuruhku mendatanginya setelah menunggunya lama, padahal seharusnya ia yang mendatangiku kemudian meminta maaf atas keterlambatannya yang kelewatan.

Dengan kesal aku mendatangi mobil yang ku tau bahwa itu miliknya, kemudian masuk dan langsung duduk dengan wajah sebal. Aku tidak menyapanya sama sekali dan tidak mengatakan apapun.

"Maaf." ujarnya.

Aku tidak memandangnya karena perasaan kesal, "Udahlah, jalan aja. Aku cape, mau pulang." ujarku judes.

"Kita nggak jadi jalan?" tanyanya dengan perasaan tak berdosa.

"Males. Moodku rusak."

Ia kemudian menjalankan mobilnya membelah jalanan yang ramai kendaraan. Tidak ada yang membuka suara diantara kami dan juga tak ada suara berisik dari radio.

Setelah lama menyusuri malam yang cukup ramai akhirnya kami sampai di depan kontrakan. Aku segera membuka pintu untuk turun dari mobil Wira. Masih diam dan tak mengatakan apapun padanya.

"Aku ada urusan bentar, nanti aku balik lagi." mendengar perkataannya, aku dengan segera menutup pintu kembali sebelum sempat turun.

"Aku ikut." ujarku tajam, tak ingin dibantah.

"Sebentar aja, Sayang."

"Aku nggak tau sebentarnya kamu itu berapa lama, tadi aja kamu bilang bentar tapi nyatanya kamu terlambat satu jam lebih."

"Yaudah, ayo masuk. Aku nggak jadi pergi." katanya dan itu membuatku semakin curiga. Hendak ke mana ia sampai tidak ingin aku ikut.

"Kenapa? Kamu nggak mau aku tempelin sampe nggak jadi pergi?"

Ia berdesis, "Nggak gitu, aku nggak jadi pergi karena kamu marah." jelasnya.

Aku mencebikkan bibirku dengan sinis, "Iyalah aku marah. Siapa sih cewek yang nggak marah setelah nunggu satu jam lebih dan nggak dikasih kabar sama sekali? Setelah itu juga, cowok itu bukannya nyamperin ceweknya malah nyuruh sebaliknya."

Ku dengar suara Wira berdesis meski pelan, "Maaf. Aku tau aku salah." ujarnya.

"Udahlah, sana pergi, aku nggak akan nempelin kamu." ketusku kemudian keluar dari mobil dan memasuki kontrakan.

Kudengar pintu mobil Wira kembali dibuka kemudian ditutup cukup kuat. Aku memasuki kamar saat ku rasa ia akan memasuki kontrakan.

"Cepat amat pulangnya." ujar Selina yang tak kuhiraukan sama sekali. Perasaan kesal membuatku mengabaikannya.

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang