Maya ikut duduk bersama Wira yang sudah lebih dulu duduk di bagasi mobil yang terbuka. (eakkk, kayak nggak ada tempat lain aja).
"Masih marah sama aku?" Tanya Wira pelan.
Maya mengayun-ayunkan kakinya sambil menatapi kakinya, "Enggak." jawabnya singkat.
Wira kurang puas dengan jawaban tersebut apalagi karena Maya tidak menatap matanya sekalipun. "May," panggilnya.
"Hm?" Maya bergumam tanpa menoleh.
"Lihat aku."
Maya menggeleng.
"May, lihat aku." Perintah Wira dengan lebih tegas.
"Apa?" sentak Maya sambil menatap Wira dengan mata berkaca-kaca.
Wira membelai pipi wanita itu dengan lembut, "Jangan nangis." ujarnya menenangkan calon istrinya itu.
"Maaf, aku masih kekanakan." aku Maya.
"Nggak apa-apa, aku juga memang kurang terbuka sama kamu." ujar Wira.
"Enggak, aku yang kurang ngertiin kamu."
"Aku juga salah, udah bentak kamu padahal aku keselnya karena bawahan aku."
"Tapi aku memang nggak pengertian sama sekali."
"Sayang, jangan nyalahin diri kamu sendiri."
"Iya kamu salah." putus Maya karena perkataan Wira.
"Kamu juga kan salah." cibir Wira.
"Tapi kan kamu yang paling banyak salah." Ujar Maya tak ingin kalah.
"Kamulah orang kamu langsung bilang kita kecepetan nikahnya." Balas Wira.
"Kamu langsung bilang aku kekanakan."
"Ya karena kamu memang kekanakan kan." Sahut Wira masih tak ingin mengalah.
"Ibu kan udah bilang sama kamu kalau aku kekanakan, tapi kamunya mau sama aku. Ya salah kamu lah."
"Iya, aku salah. Aku sayang kamu." Aku Wira untuk mengakhiri perdebatan mereka. Kalau diladeni terus, tidak akan ada ujungnya.
Maya tersenyum malu, "Aku juga sayang kamu." balasnya.
"Kamu kalo ngambek, harus dikasih apa biar baikan?" Tanya Wira.
"Kamu kasih uang segepok, aku langsung baikan kok."
Wira mencebikkan bibirnya dan menoyor kepala Maya, "Dasar mata duitan."
"Eh, hidup ini harus realistis, nggak cuma butuh cinta tapi juga butuh materi."
"Iya, aku juga nggak cuma modal cinta kan nikahin kamu."
"Oh ya, uang kamu cukup nggak nikahin aku?"
Wira berdecak sinis, "Kenapa nanya gitu?"
"Ya gapapa sih, soalnya kalau nggak cukup biar aku nyari yang lain, yang lebih mampu."
"Dasar cewek genit, mata duitan. Sana cari yang lain." usir Wira.
"Dasar cowok kere, belagu."
Lala hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan keduanya. Ia tidak menyangka bahwa adik iparnya itu mampu mengimbangi sikap Maya dan Maya mampu mengimbangi sikap adik iparnya. Ia benar-benar geli melihat mereka berdua sejak tadi.
⭐⭐⭐
Karena ini malam minggu, maka Maya dan Wira memutuskan untuk mencari beberapa makanan, tentunya sambil menikmati waktu berdua sebelum ada yang ketiga (eakkk).
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't be Trusted (END) [Revisi]
RomanceNikah sama adiknya mantan adalah hal yang paling nggak pernah terbayangkan dalam hidup Maya, apalagi usia Wira yang terpaut empat tahun lebih muda, tentu saja sebagai wanita, itu menjadi pertimbangan besar untuknya. Malu dong nikah sama berondong. C...