41

5.2K 536 27
                                    

"Wira pijetin dong."

Wira melihat Maya dengan wajah malas sambil membuka sepatu dan kaus kakinya, "Pijetin apa? Aku aja cape baru pulang kerja."

"Aku lebih cape bawa-bawa anak kamu kemana-mana." balas Maya dengan judes.

"Ya udah tinggalin." ujar Wira membuat Maya makin kesal.

"Ya nggak bisa lah. Kalo bisa juga aku udah lepas kalo tidur."

"Perut kamu kan masih kecil, masa aktivitas dikit aja udah cape."

"Tuh kan, kamu banyak deh alasannya kalo disuruh tanggung jawab. Ini kan hasil perbuatan kamu. Coba aku suruh jengukin, pasti langsung tancep." desis Maya.

"Ya itukan beda cerita Yang."

"Aku pegel nih abis masak, ngepel, cuci piring, ngelipet baju, terus nyetrika baju kamu yang segudang."

"Kamu cuma nyetrika sedikit, jangan berlebihan deh."

"Yang penting nyetrika."

"Ya udah sini biar aku pijitin." Ujar Wira mengalah.

"Gitu dong jadi suami." puji Maya senang, kemudian menghampiri Wira yang sebenarnya belum sempat membasuh diri. Masih dengan celana bahannya dan kaos putih karena ia sudah membuka baju dinasnya lebih dulu.

"Tadi gosip di mana sampe badan kamu pegel gini?"

"Di rumah bu Petty. Seru banget tau nggak. Masa kata ibu itu tukang sayur keliling itu homo."

"Ya nggak mungkin lah homo, orang tukang sayurnya cewek." tanggap Wira sambil menggelengkan kepalanya.

"Ihhh bukan yang itu, yang satu lagi. Yang kalo keliling selalu pasang musik dangdut."

"Nggak mungkin ah, orang abang-abangnya keliatan normal."

Maya mengangguk, "Aku juga bilang gitu tadi sama bu Petty, eh bu Intan malah bilang 'emang itu untuk nutupin aslinya neng, jadi dia keliatan normal. Setelah aku denger cerita ibu-ibu tadi, aku jadi kepikiran Daniel sama Jodi deh."

"Kenapa?" tanya Wira tak suka.

"Iya, kali aja mereka juga pura-pura normal tapi kenyataannya mereka suka sama kamu." duga Maya terang-terangan pada suaminya itu.

"Hush." tegur Wira. Maya mencebikkan bibirnya, "Kita kan perlu waspada. Eh, maksudnya aku."

"Mereka itu di kapal ditawarin wanita-wanita penghibur." kata Wira. Walau bukan alasan yang cukup kuat, tapi sepertinya agak aneh juga kalau diantara mereka malah ada yang homo, sementara wanita penghibur yang didatangkan pasti cantik dan seksi.

Maya terkejut dan langsung menatap Wira, "Jadi mereka bebas dong di kapal?"

"Iyalah, kenapa kamu sekaget itu?" tanya Wira. Seolah Wira bekerja di kapal, jadi Maya akan menerkamnya setelah tau fakta itu.

"Nanti Selina gimana dong kalo dia jadi nikah sama Daniel?"

"Ya nggak tau. Danielnya juga bilang bakal ngurangin jam terbang kan."

"Iya tapi tetep aja. Tiga bulan itu pasti kerasa lama banget sama Daniel. Dia nggak bakal tahan jauhan sama Selina kalo gitu. Udah pasti pelampiasannya sama wanita-wanita penghibur dong."

"Ya belum tentulah. Bisa jadi dia belum pernah nakal." ujar Wira tidak ingin berpikir negatif.

"Tentu lah, kamu aja nggak dikasih seminggu udah kayak orang cacingan."

"Yang, astaga. Udahlah, ngapain juga kita mikirin rumah tangga orang nantinya."

"Ya perlu lah, Selina kan sahabat aku."

Can't be Trusted (END) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang