Sosok itu hilang, dan pergi tanpa pamit padanya padahal Fidya ingin sekali mengetahui sosok itu. Padahal baru beberapa menit dia sudah merasakan kehadiran dari seseorang yang sudah peduli dengannya namun kini harus hilang.
Fidya selalu teringat dengan kata-katanya itu yang membuat hatinya tersentuh. Seandainya saja dia adalah temannya pasti dia akan bahagia.
Namun kini harus lenyap dari hadapannya...
Aku benar-benar butuh pertolonganmu Ya Allah...
Tak kuasa airmatanya mengalir di pipinya, dia ingin meluapkan semua kesedihan dan kepedihan yang dia pendam selama ini namun pada siapa?
Kepada Allah? Itu pasti dia selalu mengadu pada-Nya setiap saat, bahkan didalam solatnya dia selalu menangis apalagi disaat dalam sujud terakhir barulah dia menumpahkan segala kesakitan yang dia rasakan.
Ibunya? Sungguh dia tidak bisa selama ini dia tidak pernah bercerita apapun tentang masalahnya kepada Fina, sang Ibu.
Ayahnya? Apalagi Ayahnya, Fidya tidak pernah bercerita apapun padanya karena takut menambah beban padanya. Benar-benar rumit.
Kakaknya? Farhan, sangat sibuk akhir-akhir ini malahan sekarang dia sedang KKN disekolah SMA, bagaimana dia bisa menceritakan semuanya?.
"Eh, kebetulan gue ketemu si pncg ituu, tuh dia sedang sendirian disana," ujar Jane yang menunjuk Fidya yang tengah menunduk.
"Kasihan banget yaaa, cup, cup jangan nangis yaa. Hahaha," ledek Mila.
"Udah pncg, sombong, so cantik, hidup lagi. Heh mending lo pergi aja kelaut aja sonoh! Di dunia ini gak ada yang bakal mau nerima lo!" seru Berliana menghina Fidya.
"Udah guys, gue prihatin sama dia lebih baik kita datengin langsung aja gimana?" usul Hinata dengan gayanya yang angkuh.
Jane tertawa, entah apa yang lucunya, "Setuju Hinata, kalau bisa habisin dia! Sampai babak belur. Hahaha!"
"Pasti gue bakal lakuin itu," ucap Hinata dengan pasti.
"Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar bingung dan takut selama ini aku gak pernah melawan mereka. Bantu aku Ya Allah!" ucap Fidya lirih.
Hinata, Jane, Mila, Berliana datang menghampiri Fidya yang sedang menangis disana, Fidya menengadah dan menatap mereka yang tiba-tiba saja sudah ada dihadapannya.
Ada apa lagi Ya Allah? Jangan siksa aku lagi...
Hinata menarik dagu Fidya, hingga wajahnya terangkat olehnya, air matanya pun terus saja bercucuran tiada henti-hentinya.
Hinata dan kawan-kawan hanya tertawa dengan sekeras mungkin, rasanya Fidya sudah tidak mampu lagi tuk melawan mereka. Dia hanya pasrah...
Semoga ada pertolongan untuk Fidya..
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
SpiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...