Dibenak Fidya, ia bingung kenapa Hinata membalas dendam padanya? Apa kesalahannya pada masa lalu? Justru Hinatalah yang membuat masalah padanya, harusnya Fidya yang balas dendam bukan Hinata.
"Astaghfirullah," lirih Fidya. Bagaimanapun ia tidak boleh berniat balas dendam sama orang termasuk Hinata, biarlah Allah yang membalas Hinata.
Namun, disisi lain Fidya juga manusia, ia ingin keadilan berhak padanya, menegakkan keadilan dengan membalas apa yang Hinata perbuat padanya harus dilakukan dengan cara yang sama.
Ia bingung.
Masalahnya belum juga terselesaikan, bahkan Fidya mendengar ucapan Hinata 'aku tidak rela ayah masuk penjara gara-gara si pncg!' apa ada hubungannya dengan pelaku itu? Si mata elang itu?.
Fidya mengacak-acak jilbab instannya, kesal penuh teka-teki yang bahkan belum terpecahkan sampai saat ini.
Aku harus bagaimana?
Sepertinya Fidya harus menenangkan diri terlebih dahulu, kepalanya terasa pecah dan penat. Ia memejamkan kedua matanya, perlahan terlelap kedalam dunia mimpi.
-🍁🍁-
Melihat Naufal yang tengah dirundung sedih beserta Fina, Fidya menyerinyitkan keningnya, apa yang terjadi?. Fidya segera menghampiri kedua orang tuanya.
"Bu, Yah kenapa?" tanya Fidya lirih.
Fina mendongak menatap putrinya dengan uraian air mata, hati Fidya sakit melihat kedua orangtuanya menangis.
"A--ayah Fid, Ya Allah!" pekik Fina yang kembali lagi menangis, Fidya tidak tahan untuk menahan air matanya yang sudah siap untuk jatuh dari pelupuk matanya. Fidya ikut menangis, meskipun ia tidak tahu apa masalahnya, namun Fidya ikut sakit.
Fidya duduk disamping Fina, mengelus punggung sang Ibu, "Kalau Ibu tidak bisa cerita tidak apa-apa, Fidya gak tega," ucap Fidya lirih, mengusap air mata yang sudah membasahi kedua pipinya.
Fina memeluk Naufal dengan erat, Fidya hanya bisa menatap mereka dengan sendu, masalah tiap hari selalu saja berdatangan, ia lelah.
"Ayah dipecat Nak." Tiga kata membuat Fidya terkejut, sontak ia membulatkan kedua matanya menutup mulut dengan kedua tangannya ia tidak percaya, Naufal Ayahnya itu baik bahkan selalu taat pada atasannya namun kenapa bisa dipecat?.
"Di---di pecat? A--ayah gak bohong?" tanya Fidya terbata-bata, ia takut salah mendengar.
Naufal menghela napasnya, menatap kembali pada sang anak, "Ayah serius."
"Kenapa bisa begitu? Ayah kan orangnya baik dan---"
"Sepertinya ada orang yang memfitnah Ayah Fid," potong Naufal dengan nada sedih.
Fidya menggeleng tidak percaya, "Kok bisa? Ya Allah."
Naufal tersenyum miring, "Mungkin ada yang benci sama Ayah, Rasulullah aja manusia yang mulia ada yang membencinya apalagi ayah manusia pendosa Nak."
Hati Fidya tercubit dengan ucapan sang Ayah, yang dikatakan Naufal memang benar, Fidya pun sama ada yang membenci dirinya siapa lagi kalau teman sekelasnya dan teman seantero sekolah ralat hanya Irfan dan Fira saja yang tidak, itupun hanya dua orang. Sakit memang.
PRANG!!
Suara kaca pecah mengejutkan mereka bertiga, lantas mereka menoleh ke sumber suara, Naufal dengan cepat menghampiri suara kaca yang pecah itu, diikuti dengan Fina dan Fidya.
"Astaghfirullah!" pekik Naufal terkejut.
Fina panik, ia berlari menghampiri Naufal, "Ada apa Yah?"
Naufal menoleh pada Fina dan juga Fidya, tanpa berucap Naufal menunjuk kearah tulisan ditembok teras rumahnya dengan dagunya, mata Fina dan Fidya mengikuti arah dagu Naufal itu dan ...
LOSER! ENYAHLAH KAU DARI HIDUP INI! KAU TIDAK PANTAS ADA DI BUMI INI!
Fidya membekap mulutnya, ia tidak percaya seseorang meneror keluarganya. Air matanya luruh begitu saja, tak kuasa tuk menahan tangisan yang ia tahan sejak dari tadi.
Oh Allah.. sampai kapan ujian ini berakhir?
__________________
Detik-detik mau ending nih kayaknya😅.
Tinggalkan jejak ya😊, karena itu mempengaruhi saya untuk melanjutkan chapter selanjutnya.
Terima kasih yang sudah membaca💕.
Sumedang, 17 Mei 2019
22:20 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
SpiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...