Chapter 8 | Terima Kasih

384 84 84
                                    

"Dokter percaya sama kamu," ucap Dokter Hanna tersenyum padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter percaya sama kamu," ucap Dokter Hanna tersenyum padanya.

"Terima kasih dok."

"Iya sama-sama. Kalau begitu saya pergi dulu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Dokter Hanna pun pergi meninggalkan Irfan. Dan Irfan pun langsung masuk kedalam UKS disekolahnya. Kebetulan hari ini tidak belajar seperti biasanya dikarenakan persiapan untuk ulang tahun sekolahnya.

Irfan pun langsung duduk disamping Fidya yang tengah berbaring diatas blankar, wajahnya yang terlihat masih sama, namun pusatnya sudah mulai memudar.

Hatinya merasa bahagia karena bisa menolong gadis itu, terkadang dia juga merasakan jantungnya yang berdetak abnormal tak seperti biasanya.

"Cantik," gumam Irfan pelan. Ia tersenyum melihat wajah polos Fidya namun dia segera menundukkan kepalanya dia harus tetap menjaga pandangannya.

"Astagfirullah Irfan, sadar kamu!" pekiknya pelan. Dan perlahan mata Fidya pun terbuka. Kepalanya yang masih terasa sangat pusing kemudian dia merubah posisinya menjadi duduk.

"Hati-hati," ucap Irfan yang mencegah Fidya. Namun Fidya menolaknya.

"Kok aku ada disini?" tanya Fidya heran.

"Kamu pingsan tadi."

"Pingsan? Siapa yang bawa aku kesini?" tanya Fidya mulai panik.

"Iya kamu pingsan, dan aku minta maaf aku yang bawa kamu kesini."

Fidya mendengus kesal, Irfan tahu itu dia menyesal dengan perbuatannya itu.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud, aku hanya ingin menolongmu," ucap Irfan menyesal.

"Tidak apa-apa, dan terima kasih," ucap Fidya dingin.

"Sama-sama."

Terima kasih tuk segalanya, Irfan. Semoga Allah membalas kebaikanmu itu. Aku hanya bisa mendoakanmu yang terbaik.

"Irfan?" tanya Fidya yang memulai percakapan diantara mereka setelah beberapa menit hening.

"Iya ada apa?" tanya Irfan.

Fidya menelan payah salivanya. "Apa kamu keberatan?"

"Keberatan maksudmu?"

"Iya nolong aku. Kan kamu tahu sendiri aku gimana?"

"Aku tidak keberatan Fidya, ini sudah menjadi kewajibanku untuk menolongmu," ucap Irfan menyakinkan hati Fidya. Fidya tersenyum kecil namun dia segera merubah ekspresi wajahnya itu.

"Terima kasih, aku banyak merepotkanmu."

"Sama-sama."

"Lebih baik kamu pergi ke kelas, aku takut terjadi fitnah diantara kita."

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang