Fidya berjalan kaki dengan lemah, hatinya jangan ditanya lagi pasti sangat hancur semua teman kelasnya membully dirinya habis-habisan.
Apalagi sejak kasus Irfan terkena air comberan semua orang menuduh padanya, mereka ingin dirinya yang terkena air comberan bukan Irfan.
Salahkan Irfan.
Karena dia yang membuat menjadi bahan bullyan kelas.
Seharusnya Irfan tak perlu menolongnya.
Namun tetap saja Irfan selalu ada menolong dirinya.
Fidya menangis tersedu-sedu disepanjang jalan, semua menatap aneh padanya bahkan ada yang menggunjing secara langsung.
Ia tidak peduli.
Yang ia inginkan menenangkan dirinya.
Fidya berjalan kaki hingga melewati sebuah cafe yang bernama cafe Gloria.
Fidya berpikir sejenak sembari membaca tulisan itu. Ingatannya kembali. Fidya menggeleng. Cafe ini mengingatkan dirinya saat kecelakaan waktu kecil.
Ia ingat kembali?
"Mana mungkin! Aku ter--. Jalan ini.." Fidya menggeleng, tubuhnya bergetar saat ia melihat jalan yang ada dihadapannya.
Mobil itu dengan cepat menghampiri gadis kecil yang sedang berjalan ditengah jalan, dengan kecepatan cukup tinggi dan..
BRAK!
Fidya tertabrak dan tubuhnya terlempar cukup jauh.
Mobil yang dikendarai lelaki itu berhenti mendadak. Ia melihat anak kecil terdampar disana, cairan merah yang terus mengalir pada kepalanya karena dia terbentur diatas batu, dan kaki kirinya tak sengaja dilindas oleh pengendara lain.
"Tidakk!" Fidya berteriak. Kejadian yang ia benci harus teringat lagi. Tidak. Ia tidak ingin mengingatnya namun ingatannya kenapa tiba-tiba ada?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
EspiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...