Chapter 39 | "Allah, Selamatkan Aku!" (2)

268 21 12
                                    

Disaat aku ingin mencari pelaku, kenapa aku harus tertangkap seperti ini Ya Allah? Apa Engkau tidak mengizinkan aku untuk menemukan pelaku itu? Kenapa?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat aku ingin mencari pelaku, kenapa aku harus tertangkap seperti ini Ya Allah? Apa Engkau tidak mengizinkan aku untuk menemukan pelaku itu? Kenapa?!

Fidya terus saja menjerit di balik sapu tangan yang membekap di mulutnya. Ketiga pria itu tertawa remeh, seakan merendahkan dirinya, Fidya tidak ingin harga dirinya jatuh begitu saja tidak!.

Ia harus menempati janjinya ; menemukan pelaku yang membuatnya seperti ini.

"Hei cantik jangan menangis dong," goda lelaki itu terus-terusan padanya. Fidya risi melihatnya, ya Allah Fidya ingin lari dari tempat ini.

Fidya bergeming, tubuhnya bergetar menahan isakan tangisannya, sudah beberapa kali ia terus menangis, air matanya sudah mengering---sepertinya.

"Kita langsung aja gimana? Gue udah gak sabar nih," kata lelaki satunya.

Pria yang menggoda Fidya menatap tajam temannya yang sudah berkata frontal, "Bisa di saring gak? Gak sabaran banget sih?!" bentaknya.

"Alah, lo ini Man, jangan sok suci deh! Lo juga sama kayak si Roy," ucap Rian kesal.

Arman melotot, "Jangan----"

Roy tertawa, "Jangan naif Man! Kita di suruh sama Bos kita, sikat aja, gue gatel nih!"

Rian cekikikan, menatap Roy sembari menepuk bahu Roy dengan sedikit keras, "Aduh, bahasanya jaga!"

Arman diam, sebenarnya dia tega dan tidak tega melihat gadis yang ada dihadapannya, ia merasa tertampar jika memang benar gadis ini dinodai olehnya membayangkan bahwa gadis ini adalah anaknya.

Tidak. Arman menggeleng tegas, ia tidak rela, namun demi uang Arman terpaksa melakukan perbuatan yang biadab ini.

Melihat Arman sedari tadi bergeming, Rian menepuk bahu Arman, Arman tersadar dari lamunannya, ia menoleh pada Rian.

"Lo kenapa?" tanya Rian.

Arman diam beberapa detik, "Gak papa, kepala gue tiba-tiba saja pening."

Rian tertawa, "Jangan dipikirin gimana nantinya, nikmati aja, ya gak?" Mata Rian beralih pada Roy, beberapa detik ia tertawa.

Roy mengangguk ikut tertawa bersama Rian.

Mendengar celotehan para pria itu membuat Fidya jijik, ia bukan barang yang bisa dicoba oleh siapapun.

Kenapa pria ini dengan tega merendahkan derajat seorang wanita?.

Berkat wanita, ia dapat melahirkan generasi penerus bangsa ini dan juga penerus agama. Namun, kenapa dengan mudahnya para pria menodai kesucian wanita?.

Sungguh biadab!.

Fidya mencoba meraih tali yang melingkar dipergelangan tangannya, mencoba untuk melepasnya namun tetap saja tidak bisa, tali ini terlalu kuat.

Benda yang harus dicarinya ialah pisau atau benda tajam agar bisa memutuskan tali yang melingkar dipergelangan tangannya.

Rian menatap Fidya perlahan mendekati wajah Fidya hingga berjarak beberapa centimeter, Fidya terkejut bahkan ia merasakan embusan napas lelaki itu.

"Sudah siap?" tanya Rian dengan tatapan menggoda.

Fidya memalingkan muka, ia tidak sudi.

"Wah, sepertinya dia menantang kita teman-teman, sekarang saja. Gue udah tanya dia baik-baik malah dapet seperti ini, gue merasa terhina tau gak?!" bentak Rian.

Saputangan ini benar-benar sialan! Ia ingin berteriak di depan wajah pria brengsek itu.

"Arman, Roy, buka talinya!" Arman dan Roy mengangguk kemudian melangkah ke belakang tubuh Fidya. Mereka melepaskan tali yang melilit tubuh dan juga tangannya.

Ini kesempatan! Aku bisa kabur!

Setelah tali terlepas, dengan cepat Fidya berdiri dan berlari ke arah pintu itu, namun beberapa langkah ia berlari, Rian mencengkeram kuat tangan Fidya.

Gagal lagi!

"Mencoba kabur?" tanya Rian tersenyum sinis. Rian mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Fidya, Fidya menunduk ke bawah, ia tidak ingin pria itu menatap wajahnya bahkan sampai... Fidya tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi nanti.

Lagi, ia berpikiran buruk.

Rian tertawa jahat, "Kamu gak bisa kabur, sayang, kita akan menikmati sekarang ini juga."

"Tidak akan pernah!" gertak Fidya. Ia mencoba melepaskan cengkraman tangan Rian yang terus saja semakin kuat membuatnya meringis kesakitan.

Fidya sekuat tenaga untuk melepaskan genggaman Rian, ia menahan kesakitan, akhirnya genggaman itu terlepas, Fidya dengan segera berlari menghadap pintu gudang, ia mencoba membuka pintu itu namun gagal.

Fidya mendobrak pintu itu dengan tubuhnya berkali-kali tetap saja tidak bisa, sialnya Rian sudah berada dihadapannya begitu dekat, sampai-sampai napas lelaki itu terasa olehnya.

Ya Rabb... Fidya ingin kabur dari tempat yang keji ini.

Fidya terjebak, Rian terus melangkah mendekatinya hingga sampai ke ujung tembok disana, Fidya tiada henti-hentinya berdoa agar Allah seger menolongnya.

Sungguh, ia tidak ingin trauma lagi.

Tidak! Sudah cukup! Fidya tidak ingin terus-terusan terkurung dalam traumanya.

Tiba-tiba saja...

BRAK!!!

"RIAN, ARMAN, ROY?!" pekik Jordan----Bos Mereka----dengan nada marah. Mendengar bosnya ini marah ketiga pria itu menoleh, terkejut sekaligus tak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan.

 Mendengar bosnya ini marah ketiga pria itu menoleh, terkejut sekaligus tak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-🍁🍁-

Mohon maaf di chapter ini sedikit agak gimana gitu hehe, dimohon untuk kebijakannya, bukan maksud apa-apa memang alurnya seperti ini. Afwan ya🙏

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca kisah Fidya💕

Sumedang, 24 Juli 2019
6:04 WIB

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang