Chapter 17 | Menjauh (2)

287 42 28
                                    

"Aku mohon jauhi aku atau aku yang jauhi kamu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mohon jauhi aku atau aku yang jauhi kamu!"

"Fidya aku gak bisa.. "lirih Irfan.

"Kalau tidak bisa berarti aku yang menjauhi kamu," jawab Fidya.

"Fid---"

"Aku yang menjauhi kamu karena kamu gak bisa jauhi aku."

Fidya menghela nafasnya, mungkin sudah hampir mau sebulan ia menjauhi Irfan, ia tahu jika seorang muslim yang menjauhi saudaranya itu adalah dosa, ia lebih memilih hawa nafsunya.

Mengenai mimpi buruknya, ia berusaha melupakannya karena itu bisa saja hanya halusinasinya yang berlebihan tentang Irfan. Meskipun membuatnya sedikit takut, tentang mimpi itu.

Ia mengusap wajahnya, mencoba tuk menghilangkan mimpi itu dan entah kenapa hatinya begitu kesal jika bertemu dengan Irfan padahal itu kata Hinata sendiri yang sengaja menghasut dirinya. Mengapa ia dengan mudahnya untuk percaya?

Fidya menulis di diarynya untuk mengisi kekosongan di kelasnya, semua orang tampak bercanda tawa bersama-sama hanya dia saja yang sendirian, mungkin termasuk Irfan yang sudah bahagia tanpanya. Fidya menepis pikiran itu, jelas ia yang meminta untuk menjauhi Irfan padahal Irfan sendiri tidak bisa menjauhinya.

Irfan berhak bahagia tanpa harus lagi melibatkan dirinya, sudah cukup Irfan banyak menolong dirinya dan selalu merepotkan dirinya. Namun, terkadang hatinya sesak jika ia berjauhan dengan Irfan saat seperti ini.

"Mending si pncg sendirian?" bisik Berliana itu, Fidya mendengarnya, ia hanya cukup diam saja, kalau melawan nanti ujung-ujungnya malah ngelunjak.

"Iya biasanya kan suka berduaan sama Irfan? Tumbenan, apa mereka lagi berantem?" tanya Jessica kemudian melirik Fidya yang tengah sibuk menulis diarynya. Sengaja ia mengeraskan suaranya agar Fidya bisa mendengarnya.

Aisya terkekeh. "Syukur kalau begitu mereka musuhan kasihan Irfan suka direpotkan sama dia, eneg gue ngeliatnya!"

"Apa lagi dia ketua OSIS malu dong harus berduaan apalagi temenan kayak dia," ucap Mila lalu tertawa bersamanya dengan cukup keras.

Hati Fidya sangat hancur, ia tahu diri, ia juga tidak ingin berteman dengan orang penting di sekolah ini. Fidya menatap langit-langit atap berusaha untuk tidak menangis lagi.

"Tapi gue penasaran kenapa mereka berjauhan?" tanya Mila penasaran.

"Mungkin Irfan risih kali!" ucap Tiara dengan asal.

"Atau Irfan gak mau berteman lagi sama dia kan dia itu orang penting disekolah ini plus orang populer dong," ujar Berliana sembari memainkan kukunya.

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang