Chapter 25 | Kepingan Memori

231 25 36
                                    

Gadis itu terjatuh dan terdampar dihalaman akibat kecelakaan itu, ia terus meminta tolong dengan lirih namun tidak ada yang datang untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu terjatuh dan terdampar dihalaman akibat kecelakaan itu, ia terus meminta tolong dengan lirih namun tidak ada yang datang untuknya.

Ayah dan Ibunya pergi entah kemana, bahkan pandangannya perlahan buram.

"Ayah mohon tolong dia! Kasihan Ayah!" Anak itu merengek pada sang Ayah namun ia hanya dapat penolakan darinya.

"Gak! Ayo pergi, kita ketahuan nantinya!" bentak sang Ayah.

Anak itu diam mematung, ia bingung apakah ia harus ikut dengan ayahnya ataupun menolong gadis itu.

Anak itu mengulurkan tangannya untuk gadis itu, gadis itu perlahan meraih tangan anak itu, namun Ayah dari sang anak malah menarik sang anak untuk masuk kedalam mobil.

Anak itu menatap sendu pada gadis itu. "Aku akan menemukan kamu.."

"FIDYAAA!!" teriak sang Ayah.

Fidya menjerit lalu terbangun dari mimpi buruknya itu. Potongan memori nya perlahan datang kembali.

Mendengar suara jeritan Fidya, Fina dan Naufal langsung menghampiri dirinya yang tengah melamun kosong, tubuhnya terlihat sangat tegang bahkan keringatnya bercucuran ditubuh.

Fina memeluk Fidya dengan erat, dan menangis seketika. Sungguh dia tidak ingin Fidya harus mengingat akan kejadian masa lalu itu.

"Fidya? Kamu mimpi buruk lagi?" tanya Fina mengelus kepala Fidya dengan lembut namun terdengar suara serak karena sudah habis menangis.

"Ibu menangis?" Fidya malah bertanya kembali. Fina tersenyum sembari melepaskan pelukannya.

"Iya, Ibu takut Nak."

"Takut?" tanya Fidya yang tidak paham.

"Takut kamu kembali trauma lagi, Ibu harap kamu harus melupakannya Nak."

Fidya menghembuskan nafasnya dengan berat, semakin ia berusaha melupakan malah semakin kuat ingatan kecelakaan itu yang hampir setengahnya ia lupa.

"Kamu mau minum?" tanya Naufal yang mengalihkan pembicaraan Fina.

Fidya mengangguk. "Iya Ayah, aku haus."

Naufal beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar untuk mengambil air minum untuk Fidya. Lalu ia kembali lagi dengan menyodorkan gelas berisi air putih untuk anaknya.

"Terimakasih Ayah."

Naufal duduk sembari mengelus kepalanya. "Sama-sama."

"Yasudah kamu kembali lagi tidur ya? Besok kamu kan harus sekolah," Fina mengalihkan topik pembicaraannya tadi yang tidak direspon oleh Fidya.

Sekolah? Rasanya aku tidak ingin lagi kesana!

"Baik Bu."

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang