Chapter 18 | Menjauh (3)

266 35 24
                                    

"Biarkan kita menjadi orang asing, seperti dulu kamu tidak peduli padaku namun kamu tahu aku, begitupun juga aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biarkan kita menjadi orang asing, seperti dulu kamu tidak peduli padaku namun kamu tahu aku, begitupun juga aku. Setuju?"

Irfan terus saja teringat dengan ucapan Fidya yang cukup menyakitkan baginya. Fidya menjauhinya yang kedua kalinya yang pertama karena kesalahpahaman bisa saja dipengaruhi oleh Hinata dan yang kedua Fidya menjauhinya demi kebaikannya.

Demi kebaikannya? Ia mendesah. Bukankah itu sangat egois baginya? Namun kenapa Fidya melakukan hal itu?

Ia menatap nanar pada bangku Fidya yang masih saja kosong, Irfan semakin khawatir dengan keadaannya, masalah yang terus saja menghampiri dirinya. Apakah ada hubungannya dengan Fidya?

Astagfirullahal'adzim.

Irfan mengusap wajahnya dengan kasar untuk melampiaskan kekesalannya itu. Kenapa teman sekelasnya memandang Fidya sebelah mata? Memang pada saat kelas XI ia tidak satu kelas dengan Fidya, karena disekolahnya menggunakan sistem random.

Ia tahu Fidya dibully habis-habisan oleh temannya dahulu, rasanya tidak adil untuk Fidya. Jika ia menjadi Fidya, sungguh ia tidak akan sanggup menjalani hidup ini.

Irfan bersyukur hidupnya masih lebih baik dari orang lain, namun ia prihatin terhadap orang yang menjalani hidup yang serba kekurangan.

"Fan!" ujar Faisal yang menepuk bahu Irfan dari belakang. Irfan menoleh padanya.

"Eh lo Faisal? Ada apa?" tanya Irfan yang membetulkan posisinya menjadi menghadap Faisal yang sudah duduk.

"Rencananya gue mau ngajak lo!"

"Kemana emangnya?"

"Main basket lah! Lo ini kemana aja sih? Sibuk sama pacar baru ya?"

Irfan menatap Faisal dengan bingung. Pacar? Ia tidak punya, bahkan pacaran itu haram dan dosa jika mendekatinya. Bahkan pacaran awal dari adanya zina.

"Pacar? Gue gak punya pacar! Pacaran itu haram!" ucap Irfan tegas.

Faisal terkekeh. "Maksud gue si Fidya!"

"Fidya?" Irfan mengulangnya.

Faisal mengangguk. "Kemana tuh anak? Gue gak liat dia? Bagus kalau dia lenyap di dunia ini!"

"Ishh gak gitu juga kali, dia juga manusia! Lo tahu kan dia itu kecelakaan bukan dari lahir gimana sih?" ujar Irfan yang sedikit kesal atas ucapan Faisal cukup menyinggung hatinya, entah kenapa harusnya kan Fidya bukan?

"Ciee sampe tahu juga kronologisnya," goda Faisal.

"Dia yang cerita," lirih Irfan pelan.

"Serius?"

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang