Chapter 4 | "Aku Benci Diriku"

574 94 44
                                    

Terkadang orang lain hanya melihat fisikku saja yang penuh kekurangan ini tanpa tahu apa kejadian yang sebenarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang orang lain hanya melihat fisikku saja yang penuh kekurangan ini tanpa tahu apa kejadian yang sebenarnya..

-Fidya

-🍁🍁-

--FIDYA POV--

Hatiku hancur sangat hancur semua teman-temanku menjauhiku, mencaci maki ku, dan membullyku setiap saat bahkan setiap harinya.

Apa salahku? Semua membullyku?

Apa salahku? Padahal aku korban tabrak lari.

Kenapa semua memandangku sebelah mata?

Aku benci diriku sendiri! Apa kelebihanku? Sementara banyak menghinaku dan mengatakan aku itu beda dari yang lain. Ya aku banyak kekurangan.

Aku merutuki diriku sendiri, aku menangis sepanjang jalan sudah banyak airmata yang aku keluarkan, rasanya aku lelah dengan diriku sendiri!

Mataku sembab arghh aku tidak peduli dengan kondisi ku ini, apalagi wajahku yang terluka gara-gara tersungkur tadi.

Aku sudah sampai dirumah, sebelum masuk aku membersihkan wajahku karena kotor. Aku tidak ingin kedua orangtuaku khawatir, berusaha tersenyum dihadapan mereka. Lupakan masalah tadi.

Aku mengetuk pintu. "Assalamu'alaikum," ucapku sembari menghela nafas, tetap tenang dan selalu tersenyum dihadapan Ibuku.

Terlihat knop pintu terbuka. "Wa'alaikumussalam, eh Fidya kamu udah pulang nak?" tanya Ibu dengan antusias.

"Iya bu," jawabku singkat.

"Ayo masuk nak, Ibu masakin makanan kesukaan kamu loh. Ayo!" ucap Ibu. Ia merangkulku dengan erat, aku merasakan kehangatan inilah yang membuatku sedikit tenang.

Aku hanya mengangguk pelan dan mengiyakan permintaan Ibu. Sungguh lelah hari ini rasanya aku ingin berteriak.

Hari ini adalah hari yang buruk bagiku ketika semua menghinaku lagi dan lagi, sampai kapan aku jadi bahan perolokan mereka?

Ibu menyiapkan makanan untukku, wajahnya yang begitu bahagia dan tanpa ada beban sedikitpun yang terlihat. Seandainya saja aku seperti itu, kapan? Itu yang selalu aku tanyakan.

"Bagaimana dengan hari ini? Baik-baik saja kan?" tanya Ibu yang membuatku tertegun, aku bingung harus mengatakan apa? Aku tidak berani berbohong padanya! Aku diam, berpikir apa yang harus aku katakan padanya. Sungguh bingung.

Aku malah memainkan sendok dan garpu diatas piring yang sudah aku makan tadi, Ibu menatapku lagi dan tatapannya berharap aku menjawab pertanyaannya. Bagaimana ini?

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang