Chapter 40 | Dua Insan yang Berharga

271 20 15
                                    

Farhan bingung, kesal dan marah pada dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farhan bingung, kesal dan marah pada dirinya sendiri. Ia menyesal karena tidak becus menjaga adik satu-satunya itu. Ia sendirian. Tidak ada siapapun yang menemani.

Kemana ia harus mencari adiknya?

Sudah berhari-hari Farhan mencari Fidya, hasilnya tetap sama mengecewakan.

Ia bahkan bolos pada kuliahnya.

Bagaimana ia bisa fokus pada kuliahnya sementara adiknya ini belum ditemukan?

Farhan sudah menelpon pihak polisi agar mencari jejak Fidya. Semoga dapat ditemukan.

Fina dan Naufal sampai saat ini kritis, bahkan tidak ada kabar tentang mereka.

Farhan benar-benar khawatir sekaligus takut.

"Keluarganya Fina dan Naufal?" panggil sang Dokter itu. Mendengar panggilan Dokter, Farhan bangkit dari duduknya, menghadap pada Dokter yang sedari tadi bermasang wajah sedih. Ada apa ini?

Perasaannya semakin cemas.

"Iya Dok, bagaimana kabar Ibu dan Ayah?" tanya Farhan penuh harapan. Ia berharap semoga ada keajaiban pada mereka.

Dokter itu menghela napas dengan berat, "Mohon maaf, kedua orang tuamu tidak dapat kami selamatkan."

Farhan terkejut, menatap sang Dokter dengan tatapan tidak percaya, tidak mungkin, dokter pasti bercanda, pikir Farhan. "Dokter bercanda kan?"

"Saya tidak bercanda, saya turut berduka cita, saya berusaha semaksimal mungkin namun Allah berkehendak lain, yang sabar ya Nak?" Dokter itu mengelus bahu Farhan dengan pelan, semoga dengan elusan tangan sedikit menenangkan Farhan.

Farhan menggeleng lemah, ia tidak percaya dengan apa yang Dokter katakan, matanya berkaca-kaca, sepertinya air matanya siap untuk jatuh dengan perlahan namun menjadi deras, Farhan hancur, setelah Fidya dibawa culik sekarang kedua orang tuanya meninggalkan dirinya?

Allah... Kenapa sekejam ini?

"Engga! Ini pasti bohong! IBU!! AYAH!!!" teriak Farhan histeris, tanpa pikir panjang Farhan masuk kedalam ruangan ICU, menghampiri jasad kedua orang tuanya, membuka sehelai kain yang menutup tubuh mereka, Farhan segera memeluk mereka.

Allah... Baru saja kemarin ia bercanda dengan mereka.

Baru saja, ia bercerita pada mereka.

Baru saja, ia...

Farhan tidak sanggup kehilangan mereka.

Apalagi Fidya?

Fidya sampai saat ini belum ada kabar. Farhan menyerah. Dunia seakan tidak ingin menolongnya. Apakah ini hukuman baginya?

-🍁🍁-

"Kami turut berduka cita atas kepergian Ayah dan Ibumu." Zaki menatap lekat sahabatnya seraya mengelus bahu Farhan.

"Thanks, kalian udah dateng." Farhan tersenyum tipis, rasanya ia tidak bisa tuk tersenyum tulus, ia lakukan untuk menghargai teman-teman kampusnya.

"Iya bro, sama-sama." Hamdan menjawab disertai anggukan kecil, ia memandang sekitar, ia baru menyadari kenapa Farhan sendirian? Dimana adiknya? Setahu dirinya Farhan mempunyai adik, "Han," panggil Hamdan.

Farhan menoleh, "Apa?"

"Mana adik lo?"

Pertanyaan Hamdan sungguh memohok hatinya, ingatannya berputar kembali saat ia menyuruh adiknya pulang sendirian.

Benar-benar bodoh kamu Han! Tidak bisa menjaga adik lo sendiri!

Zaki menatap Hamdan penuh arti, mengisyaratkan untuk tidak lagi menayakan pertanyaan tadi, suasana atmosfir mendadak mendung, terlihat dari raut Farhan yang tercetak jelas di wajah pria itu.

Hamdan merutuki dirinya, menatap Farhan meringis atas ucapannya barusan.

"Han gue minta maaf, gue gak bermaksud...,"

"Gak apa-apa," jawab Farhan pelan. Ia menghela napas berusaha menenangkan dirinya sendiri, ia menoleh pada Zaki dan Hamdan. "Kalian bisa bantu gue gak?"

Zaki dan Hamdan menatap Farhan penuh tanda tanya, seakan meminta jawaban dari Farhan.

"Bantu cariin adek gue."

"Apa?!" Zaki dan Hamdan terkejut.

"Jadi gini, adek gue diculik sama peneror keluarga gue beberapa hari ini, gue mohon bantuin gue cariin adek gue, gue udah cari kemana-mana tapi belum ketemu."

"Lo tahu siapa peneror keluarga lo?" tanya Zaki.

Farhan menggeleng sebagai jawaban.

"Jadi kedua orang tua lo meninggal gara-gara peneror itu?" tanya Hamdan hati-hati.

Farhan menghela napasnya, "Iya."

"Baiklah kita bantuin lo, gue gak bisa diem aja apalagi kedua orang tua lo mati gara-gara peneror." Zaki menatap Hamdan, Hamdan mengangguk menandakan setuju.

"Gue setuju, kasihan adek lo, gue khawatir dia kenapa-napa apalagi takutnya arwah kedua orang tua lo tidak tenang karena penasaran siapa peneror itu."

Farhan menatap mereka dengan lamat-lamat, tak ragu-ragu Farhan memeluk mereka, "Terima kasih banyak."

Aku berjanji akan menemukan peneror itu Ibu, Ayah, aku berjanji...

Dan untuk adikku bersabarlah, Kakak akan menolongmu dengan segera.

Dan untuk adikku bersabarlah, Kakak akan menolongmu dengan segera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-🍁🍁-

Alhamdulillah update again💕.

Ada yang rindu? Atau justru engga?😅

Maaf kalau telat mulu hehe, lagi sibuk didunia nyata, baru kali ini buka wattpad lagi😅.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca kisah Fidya💕.

Sumedang, 03 Agustus 2019
17:49

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang