"Ayah ketemu sama si brengsek itu Fid!"
"Ayah ketemu sama si brengsek itu Fid!"
"Ayah ketemu sama si brengsek itu Fid!"
"TIDAK!" pekik Fidya. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali, ucapan Naufal terus saja terngiang dikepalanya.
Ayahnya bertemu dengan pelaku---orang yang paling Fidya benci?
Kenapa tidak langsung melaporkan kepada polisi?
Kenapa pelaku itu tidak bertanggung jawab?
Karena dia, Fidya trauma. Semua orang membully-nya setiap saat.
Kapan dirinya bertemu dengan pelaku itu?
Kapan?!
Fidya berdecak kesal sembari mengusap wajahnya kasar. Menghembuskan napas berusaha menahan emosi agar tidak kambuh lagi.
Ia harus menemukan pelaku itu.
Namun... dimana?
Fidya frustasi, selama 14 tahun lamanya ia tidak bertemu dengan pelaku itu. Sampai kapan ia harus mencari?
Kenapa mesti Ayahnya?
Kenapa bukan dirinya yang bertemu?
Sampai kapan penderitaan terus berdatangan kepadanya?
Ia lelah.
Sangat lelah.
"Permudahkanlah aku dalam mencari pelaku itu, Ya Allah," ucap Fidya sembari menengadah menatap langit-langit kamarnya. Airmatanya luruh, hatinya sesak saat ingatan itu harus kembali lagi.
Ia hanya ingin dipandang sama seperti lainnya.
Namun kenapa mereka memandang dirinya berbeda?
Kenapa harus berbeda?
Kenapa kecelakaan itu padanya dan.. masih banyak pertanyaan pada dirinya.
Harapannya semoga ia bisa menemukan pelaku yang membuatnya harus menanggung penderitaan.
Semoga Allah mempermudah urusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
SpiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...